Dari bagian 4
Laki-laki tersebut tersenyum memandangku,
"Dik Tony jadi terangsang yah," ucapnya tersenyum.
"Bapak suka dengan kontol Dik Tony ini,
sudah besar, panjang, bengkok. Bengkoknya ini yang Bapak suka, Bapak jarang
mendapatkan kontol yang seperti ini," ucap Pak Arnan, yang memegang
kontolku.
Laki-laki tersebut memasukkan kontolku ke
dalam mulutnya, mengisap-isapnya, mengemut-emutnya.
"Akhh.." desahku
"Saya sudah tak sanggup lagi Pak, tolong
jangan lakukan," ucapku.
"Jangan khawatir sayang, jangan
khawatir," ucap Pak Arnan, namun terus melakukannya.
Batang kontolku terus diisap-isap, dijilati,
biji totongkupun di emutnya dan beralih ke kontolku lagi. Mulutnya
menarik-narik batang kontolku, seperti anjing menarik-narik daging. Akhh.. Aku
tidak tahan, hingga kakiku mengejang, laki-laki tersebut menghentikan
permainannya, memandangku, dan melepas kontolku dari mulutnya, aku tahu
laki-laki tersebut menelan mani yang ku keluarkan. Pak Arnan mengelap kontolku
lagi. Pahaku mendapat giliran, diusap-usapnya dengan handuk hangat, hingga
pantat, dan lubang pantatku di usap-usapnya, hingga akhirnya laki-laki tersebut
menyelesaikan pekerjaannya, meletakkan baskom kecil tersebut di atas meja.
Pak Arnan membuka celana pendeknya, laki-laki
tersebut tidak memakai kolor lagi, berjalan ke arah ku menaiki ranjang,
mendekatiku, hingga tepat kontolnya berada di depan mukaku. Pak Arnan
menggenggam kontolnya yang besar dan panjang itu mengarahkan ke mulutku, dia
menyuruh untuk mengisap kontolnya seperti yang dilakukannya terhadap kontolku.
Dengan pelan aku telan kontol laki-laki tersebut.
"Isap-isap, emut-emut, sayang," ucap
Pak Arnan.
Aku melakukannya, kujilati juga batang
kontolnya seperti yang dikatakannya. Perasaan jijik aku belakangkan. Kontol Pak
Arnan kembali memasukan kontolnya ke dalam mulutku dan menekan pantatnya,
kontolnya masuk lebih dalam, laki-laki tersebut menyodok-nyodok mulutku dengan
totongnya.
"Akh.. Akhh.. Akhh," desahnya
merasakan kegelian. Pak arnan mengentot mulutku, hingga desahannya yang panjang
membuat dia menghentikan gerakannya, aku merasakan maninya masuk dalam mulutku,
mau muntah rasanya aku. Laki-laki tersebut mengeluarkan kontolnya dari mulutku,
aku langsung meludah keranjang mengeluarkan maninya dari dalam mulutku. Pak
Arnan tersenyum, dan mencumbu bibirku, laki-laki tersebut melumat bibirku,
memasukan lidahnya ke dalam mulutku, saat itu Bang Nainggolan keluar dari pintu
kamar mandi.
Bang Nainggolan mengelus punggung Pak Arnan,
laki-laki tersebut membalas dengan mengelus-elus tangan Bang Nainggolan, dan
turun dari ranjang memegang kontolnya, Bang Nainggolan jongkok menyambut kontol
Pak Arnan dan langsung menelannya, Akhh.. Terdengar desahan kuat Pak Arnan, dan
desahan suara kencing Pak Arnan terdengar masuk ke dalam mulut Bang Nainggolan,
kontol Pak Arnan dikeluarkan sedikit dan kelihatan dari lubang totongnya,
mancur air kencing berwarna putih, dengan enaknya Bang Nainggolan menampung air
kencing Pak Arnan dengan mulutnya.
"Akhh, desah Pak Arnan, memutar kepalanya
dengan cepat, sehingga keringatnya bercipratan. Pak Arnan menaiki ranjang,
menungging dengan pantatnya ke atas, mulut laki-laki tersebut menjamah
kontolku, sementara Bang Nainggolan memasukan kontolnya ke dalam lubang pantat
Pak Arnan dan menyodominya. Tubuh Pak Arnan maju mundur sambil terus membetot
totongku.
Pak Arnan menyuruhku menyodomi Bang
Nainggolan, hingga kulampiaskan juga nafsu ku pada laki-laki tersebut,
perasaanku yang marah padanya, sehingga aku melakukannya. Pak Arnan memintaku
untuk menyodominya lagi, akh.. Ternyata begitu enaknya kurasakan, hingga entah
beberapa kali maniku keluar yang kadang kala di telan Bang Nainggolan atau Pak
Arnan. Hari itu kami bertiga saling melampiaskan nafsu sesama lelaki. Kami
bertiga merasa kelelahan, hingga istirahat untuk makan dan tidur. Malam hari
Pak Arnan mencumbuku lagi, aku pun tanpa malu-malu lagi membalas cumbuannya,
menciuminya, menjilati tubuhnya yang berbulu, menelan kontolnya,
mengisap-isapnya, mengemutnya, hingga laki-laki tersebut menyemprotkan maninya
ke dalam mulutku. Sementara Bang Nainggolan mengocok-ngocok kontolku dengan
mulutnya. Betapa senangnya Pak Arnan, ternyata aku tunduk dengan permainannya.
Dua hari aku tidak berangkat kuliah, terkurung
di kamar dengan kedua laki-laki ini yang tidak henti-hentinya mengentot,
bercumbu, mengocok-ngocok kontol dengan mulutnya, menelan air mani dan entah
apa lagi berikutnya.
Hari itu aku Pak Arnan memutar kaset yang
ternyata kaset kami sedang melakukan sodomi, aku melihat begitu bernafsunya
mencumbu Pak Arnan dan Bang Nainggolan, menciumi, menjilati dada Pak Arnan yang
berbulu, mengisap-isap kontol Pak Arnan dan Bang Nainggolan, menyodomi Pak
Arnan dan Bang Nainggolan dan kedua laki-laki tersebut juga sama dengan halnya
aku, kami terus melampiaskan nafsu kami. Akh, ternyata permaianan kami direkam
Pak Arnan, hancurlah hidupku jika kaset ini tersebar, di lihat orang-orang
terdekatku. Pak Arnan tersenyum, mencium bibirku.
"Bapak tahu apa yang sedang kamu pikirkan,
tenang Bapak tidak akan membuat masa depanmu menjadi suram karena kaset ini,
ini menjadi rahasia kita, selagi kamu tidak menentang Bapak, Dik Toni akan aman
saja dan justru Bapak menawarkan Dik Tony untuk tinggal bersama Bapak,"
ucap laki-laki tersebut.
Bagiku itu merupakan ancaman yang jika aku
tidak menuruti kemauannya akan berakhirlah hidupku. Pak Arnan kembali
mencumbuku, mengajak bermain lagi, yah.. Apa boleh buat akupun melayaninya agar
tidak terjadi hal yang menyebabkan masa depanku rugi, yang pasti permainan
inipun akan di shoot dengan kamera tersembunyi yang letaknya entah dimana.
Akhirnya aku diijinkan untuk keluar dari rumah
Pak Arnan setelah 4 hari disekapnya di dalam kamar untuk memuaskan nafsunya dan
Bang Nainggolan, dan kupikir nafsuku juga, namun aku tidak menginginkan, aku
adalah laki-laki normal. Aku berniat untuk pulang ke kampung, menenangkan
pikiranku dahulu, Akhh.. Rumah yang membawa kesialan bagiku, aku menatap rumah
Pak Arnan cukup lama.
"Datanglah ke sini, menemuai Bapak, Bang
Nainggolan dan Noni," ucap Pak Arnan saat aku pamit.
Dengan uang saku yang diberikan Pak Arnan
dengan jumlah yang sangat cukup bahkan lebih untuk menempuh perjalanan ke
kampung. Aku sudah tiba di terminal Amplas, membeli tiket tujuan Kampungku.
Akh, aku berfikir mungkin bukan aku saja korban Pak Arnan, entah berapa banyak
laki-laki yang sepertiku yang telah menjadi korbannya dan siapa berikutnya?
Pak Arnan bergelut di ranjang bersama Noni,
laki-laki tersebut terus mencumbu bibir perempuan cantik tersebut sementara
pantatnya naik, turun, kontolnya menyodok-nyodok lubang pepek Noni dengan
gencar dan cepat, desahan, desahan lembut Noni terdengar menikmati permaian Pak
Arnan.
"Enak, enak.. Nikmat.. Nikmat Pa, lagi..
Lagi.. Teruskan, akhh.. Akhh.. Akhh," desah Noni.
Pak Arnan menghentikan permainannya saat
mendengar bunyi bel berkali-kali, mengajak Noni turun dari ranjang, dan mereka
berjalan menuju sofa di depan ranjang tersebut, Noni duduk di atas pangkuan Pak
Arnan yang menyambut bininya tersebut dan memeluknya, pandangan mereka ke
monitor TV di depan, kelihatan jelas di monitor TV 29" tersebut Bang
Nainggolan bersama 3 laki-laki berdiri di luar pagar. Pak Arnan tersenyum.
"Kamu suka dengan mereka, sayang?"
tanya Pak Arnan memegang dagu Noni, perempuan tersebut menatap ke layar TV
lagi, "Ketiganya tampan-tampan Pa, dengan badan yang kekar, dan cukup
jantan. Laki-laki yang tinggi dan berbadan padat berisi tersebut pasti bisa
memuaskan Papa," ucap Noni.
Pak Arnan tersenyum, mencium bibir Noni,
mereka bercumbu sesaat, Pak Arnan mengulum bibir perempuan cantik tersebut.
"Papa akan mempersiapkan kebutuhan
mereka," ucap Pak Arnan bangkit dari duduknya, berjalan menuju pintu yang
terletak disebelah kirinya, membuka pintu engkolnya, laki-laki tersebut
menghidupkan lampu di ruangan yang cukup luas tersebut, menekan tombol power
komputer dan Pak Arnan mengambil 3 bingkai photo 10 R dari laci dan memasangnya
ditembok sebelah kiri ruangan tersebut.
"Sebentar lagi, akan menyusul
pasanganmu," ucapnya sambil tersenyum. Pandangan laki-laki tersebut
beralih ke photo Tony dalam keadaan berdiri telanjang bulat dan tertawa
memperlihatkan giginya yang putih terpampang dan sudah terbingkai dengan bagus
dan rapi, bingkainya pun beda dengan bingkai photo-photo yang lain yang
jumlahnya puluhan, semuanya sama terenyum, dengan posisi berdiri dan telanjang
bulat, kesemuanya adalah laki-laki yang jantan, tampan dan masih muda. Di
bagian bawah tertulis nama lengkap mereka.
"Apa khabar Dik Tony?" ucap Pak
Arnan, menyentuh photo tersebut tepat pada kontolnya, tangan Pak Arnan beralih
ketulisan nama yang dengan jelas terbaca Ir. Tony. Laki-laki tersebut memeriksa
kedua pintu yang letaknya bersampingan, pintu dimana menuju ruang kamar kost
yaitu kamar 1 dan kamar 2. Terkunci, laki-laki tersebut mematikan lampu sebelum
keluar dari ruangan tersebut.
Pak Arnan mendekati Noni yang masih duduk di
sofa, "Kita lanjutkan permainan kita Ma? Mereka bisa menunggu," ucap
Pak Arnan, Noni menyambut tangan Pak Arnan dan mereka berdua menuju ranjang
dengan tersenyum..
E N D