Dari bagian 3
Bang Nainggolan menghidupkan TV dan film akan
dimulai. Kami terdiam, sementara Pak Arnan dengan santai duduk sambil mengisap
rokoknya dalam. Aku menyaksikan adegan di mana aku mengentot Noni di layar TV.
Aku terkejut, ternyata adegan tersebut bertolak belakang dari kejadian
sesungguhnya. Dengan durasi film yang hanya 15 menit, aku melihat bagaimana aku
mengentot Noni dalam posisi menghimpit tubuhnya yang terlentang, sementara
tangannya ke atas dengan handuk melilit kedua tangannya, dan ditambah disamping
tubuh Noni ada sebuah pisau, suara Noni yang terdengar juga tidak suara saat
itu, aku mendengar Noni menangis, menjerit, hentikan.. hentikan.. ucapnya.
Aku ingat saat melakukannya Noni memang memintaku
untuk melilitkan handuk ku ke tangannya, tapi pisau itu, pisau itu bukan
milikku. Aku menyadari bahwa aku dijebak, Noni pintar bersandiwara. Lemaslah
tubuhku, dengan kaset ini aku bisa diadili, oh.. Amang desahku lirih dengan
putus asa.
Aku memandang Pak Arnan, "Ini bohongan
kan Pak, tidak begini kejadiannya, Bapak banyak mengedit yang lainnya bukan?
Ini tidak benar," ucapku.
Pak Arnan tersenyum. "Dengan kaset itu,
Dik Toni dapat diadili".
"Apa mau Bapak sebenarnya dengan membuat
ini?" tanyaku.
Aku melihat Pak Arnan tersenyum, dengan
senyumnya yang dingin seperti pembunuh. Laki-laki tersebut bangkit dari
duduknya.
"Simple, simple saja Dik Tony, Jiwa
dibalas dengan jiwa, tubuh dibalas dengan tubuh, dan pemerkosa dibalas dengan
pemerkosaan juga," ucap laki-laki tersebut.
Aku terkejut, laki-laki ini mau memperkosaku?
tanyaku dalam hati. Bang Nainggolan menangkap tubuhku, tanganku dipegangnya,
diplintir kebelakang hingga tubuhku diseret ke ranjang.
"Sekuat apa kau berontak, sekuat itu juga
tanganku memelintir tanganmu," ucap laki-laki tersebut.
Pak Arnan naik ke atas ranjang, membuka celana
jeansku bersamaan dengan kolor yang aku pakai.
"Eemm," desahnya melihat kontolku.
Laki-laki tersebut meremas-remas kontolku.
"Ternyata benar-benar besar dan panjang
Bang Nainggolan," ucapnya tersenyum.
Pak Arnan membuka celana pendeknya, kontolnya
yang besar dan panjang melebihi kontolku, menjulur seperti belalai
sampaimenyentuh seprei ranjang. Pak Arnan memukul-mukul kontolku dengan
kontolnya. Kemudian laki-laki tersebut menaikkan kedua kakiku dan meletakannya
di atas pundaknya.
Akh.. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, matilah
aku, pikirku. Kontol Pak Arnan yang besar dan panjang itu dipaksa masuk ke
lubang pantatku. Akh.. Inilah yang dikatakan Robert, "Bukannya untung
malah buntung," bukannya mendapatkan lubang pantat Noni, malah justru
lubang pantatku yang menjadi korban.
Pak Arnan menekan pantatnya, hingga batang
kontolnya masuk lebih dalam ke lubang pantatku. Akh.. Sakitnya, aku menggigit
bibirku manahan sakit. Kembali Pak Arnan menekan pantatnya. Akhh.. Desahnya.
Koyakan lubang pantatku terdengar, Pak Arnan malah asyik menggoyang-goyangkan
pantatnya sambil menjilati jari-jari kakiku, mengisap-isapnya,
mengemut-emutnya, tangannya sesekali meremas-remas kontolku, mengelus-elus
bulu-bulu kakiku, di pahakuyang lebat.
Aku merasakan tanganku dilepaskan Bang
Nainggolan dari cengkramannya, laki-laki tersebut melepaskan kaosku,
mengelus-elus dadaku yang bidang, kadangkala menarik-narik puting tetekku.
Laki-laki tersebut duduk di atas dadaku setelah melepas kolornya, dan gila,
laki-laki tersebut menyuruhku untuk mengisap-isap kontolnya.
"Ayo, buka mulutmu," ucapnya dengan
memaksa dan tekanan sehingga aku melakukannya.
Bang Nainggolan langsung memasukkan batang
kontolnya yang sudah membesar dan panjang ke dalam mulutku, menekan pantatnya
sehingga batang kontolnya masuk lebih dalam lagi ke dalam mulutku. Aku tidak
bisa bernafas karenanya, terbatuk dan mengeluarkan dahak, Bang Nainggolan
mengulanginya lagi.
Pak Arnan mengatur posisiku dengan memiringkan
tubuhku dan dari arah samping laki-laki tersebut menyodomiku, menekan-nekan
pantatnya dengan cepat, desahan-desahan Pak Arnan terdengar dengan jelas dan
sesekali laki-laki tersebut menciumi, menjilati leherku. Aku tidak mengerti,
laki-laki setampan ak Arnan ternyata homo sex, bagaimana dengan Noni? Hal-hal
begitu sesekali terlintas dalam benakku.
Sementara itu Bang Nainggolan menghadapkan
kepalanya ke kontolku, laki-laki besar, tampan berperawakan jantan tersebut
mengisap-isap kontolku, mengulumnya, menjilati batang kontolku dari ujung
sampai pangkalnya. Akhh.. Rasa geli dan sakit aku rasakan. Bang Nainggolan
menjilati kepala kontolku yang besar, kedua biji totongku dijilatinya,
diisap-isapnya, dikulumnya ke dalam mulutnya.
Akh.. Desahku keluar, beda rasanya saat Mira
atau lonte-lonte losmen mengisap kontolku, dengan kuluman Bang Nainggolan yang
sedikit kasar dan berani, hingga seluruh batang kontolku amblas ditelannya.
Enak, juga, ucapku pelan namun rasa sakit juga
masih ada. Pak Arnan dengan giat melancarkan serangannya, menyodomi lubang
pantatku. Desahan-desahan Pak Arnan masih jelas ku dengar, beberapa kali dia
mengatur nafasnya, menarik nafasnya dalam, hingga puncak kenikmatan dia rasakan
dengan suara desahan panjang dan kakinya yang mengejang. Pak arnan lalu,
mencabut kontolnya dari lubang pantatku.
Bang Nainggolan menelungkupkan badanku dan
menaiki tubuhku, akh, ternyata laki-laki ini menggantikan Pak Arnan, untuk
menyodomiku. Aku rasakan kontol Bang Nainggolan masuk ke dalam lubang pantatku,
dan menekannya beberapa kali, Akhh.. Desahnya panjang dan Bang Nainggolan
menyodok-nyodok lubang pantatku. Aku menggigit bantal menahan sakit.
Malam itu kedua laki-laki tersebut
melampiaskan nafsunya terhadapku, bergantian, dengan berbagai posisi yang aku
lakukan saat bersama Noni, dan entah berapa kali aku menyemprotkan maniku, saat
dikocok-kocok, diisap--isap, dijilati oleh Pak Arnan dan Bang Nainggolan. Kedua
laki-laki tersebut tidak puas-puasnya. Tenagaku terkuras habis, keringat
ditubuhku beberapa kali di lap oleh Pak Arnan.
Bang Nainggolan mengangkat tubuhku, mendudukan
aku dengan bersandar ditubuhnya yang berada dibelakangku. Laki-laki tersebut
memelukku erat. Pak Arnan berdiri dihadapanku dan duduk dipangkuanku, laki-laki
tersebut mendekatkan tubuhnya lebih dekat lagi, memegang kontolku dan
memasukannya ke dalam lubang pantatnya.
"Enak, enak sayang," ucapnya
mengelus pipiku, sementara tubuhnya bergoyang-goyang naik turun di atas
tubuhku, kontolku dengan tepat masuk keluar ke lubang pantatnya. Sesekali
laki-laki tersebut mencium bibirku, menjilatinya, mencumbui leherku, pipiku,
akh.. Seluruh wajahku habis dijilatinya senti demi senti. Akh.. Desahku, kakiku
mengejang tidak mampu menahan puncak kenikmatan yang aku rasakan. Aku
benar-benar lemas. Bang nainggolan melepaskan pelukannya, duduk di sampingku,
Pak Arnan berdiri dan menghampiri Bang Nainggolan, laki-laki tersebut menyambut
kedatangan Pak Arnan memeluknya, seperti halnya memelukku dari belakang. Bang
Nainggolan mengelus-elus dada Pak Arnan yang berbulu, laki-laki tersebut
tersenyum padaku, memegang pipiku.
"Kalau Dik Tony mau menjadi bagian dari
Kami, menjadi anggota keluarga Bapak, seperti halnya Bang Nainggolan,"
ucap Pak Arnan sambil mengelus-elus paha Bang Nainggolan. Aku hanya diam,
melihat mereka yang sedang bercumbu, saling berciuman.
"Istirahatlah, besok kita berpesta
lagi," ucap Pak Arnan padaku mengelus dadaku.
Bang Nainggolan turun dari ranjang, Pak Arnan
menjangkau badanku, "Mari kita tidur Dik Tony, besok kita lebih menikmati
permainan yang lebih seru lagi, Bapak belum puas melampiaskan nafsu bersamamu,
Bapak sangat menyukai pemuda seperti Dik Toni ini".
Pak Arnan memelukku dan aku juga mulai
memejamkan mataku, rasa lelah yang teramat sangat. Tenagaku terkuras habis. Aku
tidak ingat apa-apa lagi, aku baru sadar dan melihat Pak Arnan tersenyum
menghampiriku sambil membawakan hidangan di atas mini table dan meletakannya di
atas tubuhku, aku menggeser badanku dan duduk. Pak Arnan memberikan gelas yang
penuh dengan susu kental, aku meminumnya.
"Pelan-pelan saja sayang," ucap Pak
Arnan, mengusap-usap kepalaku.
Susu tersebut habis ku minum.
"Bagus sayang," ucap Pak Arnan,
mengusap bibirku dengan saputangan dan Pak Arnan memberikan telur setengah
matang, laki-laki tersebut menyuapiku, seperti anak kecil. Laki-laki tersebut
melayaniku, dan menyuapiku terus hingga 3 butir telur setengah matang habis aku
lahap.
"Begitu senang Bapak melihat kamu, Kamu
betul-betul selera yah," ucap Pak Arnan. Akhh.. Setelah banyak tenagaku
terkuras, aku ingin memulihkan tenagaku.
"Saya mau kuliah Pak," ucapku
"Hari ini tidak usah masuk yah sayang,
lagian sudah jam 2 siang," ucap Pak Arnan.
Aku melihat jam waker di atas TV yang
menunjukan jam 2:12. Akh, akhirnya aku bolos padahal selama 3 bulan aku tidak
melakukannya. Laki-laki tersebut mengambil handuk yang sudah dibasahi dengan
air, dan Akh.. Segarnya ucapku pelan, handuk tersebut begitu hangatnya. Satu
persatu tubuhku merasakan usapan air handuk tersebut, punggungku, leherku,
mukaku, badanku, tanganku, ketiakku digosok-gosok Pak Arnan dengan handuk
hangat tersebut. Pak Arnan menjilati bulu-bulu ketiakku yang lebat.
"Akkhh, Bapak menyukainya," ucapnya,
hingga sampai jari-jariku diusap-usapnya, berikutnya tanganku sebelah kiri
lagi, dan kembali Pak Arnan menjilati, menciumi bulu-bulu ketiakku, aku merasa
kegelian. Pak Arnan mengelap badanku, hingga ke bawah, totongku mendapat
giliran, laki-laki tersebut mengelap batang kontolku, membuka kulit ujung
kontolku yang kuncup dan membersihakan bagian dalamnya.
"Akhh.."desahku kegelian. Pak Arnan
tersenyum dan melanjutkannya lagi, lama Pak Arnan mengusap-usap kontolku dengan
handuk hangat tersebut, hingga kontolku bereaksi menjadi menegang dan membesar.
Ke bagian 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar