![bugil cantik montok [Portal Seks]](http://galleries.allgravure.com/13163/rio-hamasaki-kimono2/7.jpg)
Aku mulai secara khusus memperhatikan pria
yang ingin tidur denganku ini. Kali ini dia datang tanpa seragam satpamnya.
Wow, ternyata kharisma kelelakiannya tak kalah dari penampilan Rendi maupun
Burhan dan Wijaya. Dengan T-shirt Polo (mungkin merk imitasi) dan celana
Valentinonya (barangkali juga imitasinya), di mataku Basri jadi tampak sangat
tampan. Posturnya yang di atas 175 cm, membuatku hanya setinggi bahunya.
Kekesalanku akan teleponnya tadi seketika lenyap. Bahkan kelelahanku dari
perjalanan ke Bogorpun ikut lenyap. Dan untuk tetangga-tetangga sekitar yang
kemungkinan usil karena aku telah menerima tamu pria di malam hari sementara
suamiku berada di luar kota, persetan! Tidak akan semudah itu menuduhku berbuat
macam-macam.
Dengan membiarkan semua pintu tetap terbuka
lebar-lebar, pelan-pelan aku mengajak Basri menuju ruang makan yang tak nampak
dari halaman depan dan jalanan. Di situ Basri langsung menubrukku. Dia langsung
mencium kudukku dan tangannya memeluk dadaku, meremas payudaraku. Berani benar dia,
batinku. Dan terus terang aku jadi sangat bernafsu menjalani sandiwara ini. Ini
merupakan skandal terbesar sejak aku selingkuh dengan Rendi. Ini merupakan
pertaruhan dengan risiko terbesar selama aku berani berkhianat pada Mas Adit,
suamiku. Darahku terasa menggelegak. Jantungku berdegup keras. Aku gemetar
sejadi-jadinya. Perasaan birahi yang menggelegak campur aduk dengan rasa takut
tertangkap orang di kampungku, bercampur aduk.
"Bu Adit, kita keluar yuk".
"Nggak, ah. Di sini saja. Aman, deh.
Tenang saja..", aku menjawab sambil tersenyum dan mendekatkan bibirku ke
bibirnya.
Kami berpagutan dengan penuh nafsu. Aku sudah
tidak tahan untuk tidak meraba selangkangannya. Aku mendesah. Tangan kiri Basri
memeluk pinggangku, sementara tangan kanannya mulai bermain meremas-remas
payudaraku yang masih terbungkus dalam blusku. Kuraba selangkangan itu.
"Waduuhh.. pentungan Satpam benaran
nih..", batinku.
Aku meraba daging panas yang sangat besar dan
panjang di balik celananya. Kuremas. Pantat Basri langsung menekan tanganku
menahan gelinjang kontolnya.
"Jangan lebih dari 1 jam yang Mas
Basri",
"Uuhh, cukup Bu, cukup Bu, cc.. cukkupp..
Bb.. Bu.. Jangan-jangan Ibu yang kurang nanti", mendengar jawabannya yang
nakal aku tertawa geli sambil mencubit pantatnya.
Dia mengaduh, manis. Cukup lama kami saling
berpagut dan meremas apa saja. Kubimbing Basri menuju kamar tidur pengantinku,
tempat yang biasanya hanya aku dan Mas Adit -bossnya- yang tidur di atasnya.
Dan saat sampai di tepi ranjang, kudorong
tubuhnya hingga telentang di ranjang. Aku menyusul menindihnya. Kami
bergulingan. Dan dengan penuh ketidaksabaran kami saling melucuti pakaian. Aku
melucuti pakaiannya, dia melucuti pakaianku. Kami telah siap untuk langsung
menuju kenikmatan tak terhingga. Aku telentang di kasur dengan pahaku yang
terbuka menjepit tubuhnya. Dia bergerak sedikit mengangkat pantatnya, tangan
kirinya menggenggam kontolnya untuk diarahkannya ke memekku. Aku lebih
melebarkan pahaku untuk bersiap menerima kontol itu menembus kemaluanku.
Saat bibir vaginaku tersentuh ujung kontol
yang mirip pentungan itu, aku langsung memejamkan mataku dan jiwaku seakan
melayang ke langit. Aku bergetar. Pantatku kuangkat-angkat sedikit kerena
sangat merindukan kontol itu untuk secepatnya terbenam ke kemaluanku.
Seperti biasanya, Basri sangat ahli, ujung
kontol itu dimainkan terlebih dulu di gerbang vaginaku untuk memancing cairan
birahiku. Tetapi tak perlu memakan waktu lama, karena cairan itu sebenarnya
telah mulai keluar sejak aku meremas celananya tadi. Dan tak ayal lagi,
kurasakan betapa batangan besar dan hangat itu akhirnya tertelan seluruhnya
hingga ke akar-akarnya, masuk dan menembus vaginaku. Seketika itu pula
saraf-saraf peka pada dinding vaginaku bekerja menyambut batang itu.
Diremas-remasnya kontol Basri. Mengencang dan mengendor bergantian.
"Dduhh, Ibuu.. Bu Aditt.. ennhakk
bBHhaanngett.. Bbuu..".
Basri langsung memompakan kontolnya, suara
pelirnya yang terayun-ayun memukuli akar kontolnya sendiri, akibat dari ayunan
pompa kontol besarnya itu ke lubang memekku. Dan aku sendiri yang mendapat
landa kenikmatan tak terhingga ini hanya bisa mendesah dan merintih sambil
kepalaku bergoyang ke kanan dan ke kiri, seperti menggeleng-geleng, karena
nikmat yang tak mampu kutahan itu.
Kami bersanggama penuh irama dan improvisasi
yang mengalir. Sungguh hebat si Basri ini. Tubuhnya di jatuhkan miring. Tanpa
mencabut kontolnya, dia angkat kaki kiriku melintasi tubuhnya dan tetap
dipegang dengan tangan kirinya. Aku dientotnya dari arah belakang punggungku. Kemudian
dengan posisi strategis itu yang membuat ketiakku tepat berada di dekat
wajahnya, dia peluk tubuhku dengan tangan kanannya dan lebih didekatkannya
ketiakku dan di ciuminya.
Paduan entotan pada vaginaku dan ciuman pada
ketiakku ini benar-benar membuatku terlempar jauh melayang dalam gelombang
nikmat tak terperikan. Pantatku langsung bergoyang-goyang untuk mempercepat
tusukan kontol nikmat milik Basri itu. Aku berteriak kecil dan merintih.
"Mas Basrii.. Mas Basrrii.. Mas
Bassrrii..", tidak tahu lagi aku mesti bicara apa.
Setelah posisi itu kami nikmati beberapa saat,
Basri membisiki telingaku.
"Bu, nungging donk..", dan segera
kurespon.
Aku bergerak menungging, mulai dengan
tengkurap, kemudian pelan-pelan kunaikkan pantatku, kemudian lututku mengambil
alih peran sebagai tumpuan pantatku. Hebatnya si Basri tetap tidak mau
melepaskan kontolnya yang telah menancap pada vaginaku. Itu berarti dia harus
mendukung tubuhnya hanya pada dengkulnya. Dan saat akhirnya sepenuhnya aku
berhasil menungging, Basri sudah setengah bangkit, seperti anjing jantan,
kontolnya masih menancap pada betinanya. Wow..
Kurasakan posisi ini membuat kontol Basri main
merangsek dan meruyak kedalaman vaginaku. Titik-titik saraf peka birahiku
mengelinjang. Ujung kontol itu mendesak gerbang rahimku. Aku, dengan kepalaku
yang bertumpu pada bantal, jari-jari tanganku meremasi tepian bantal-bantalku.
Aku merasakan kenikmatan itu seakan air bah yang menghanyutkan seluruh
haribaanku. Kenikmatan ini sungguh tak bertara.
Aku mulai merasakan ada desakan ingin kencing
dari dalam vaginaku. Ini bukan lagi untuk yang pertama kalinya. Sejak dua hari
yang lalu aku sudah merasakan hal seperti ini 4 kali. Dan ini adalah untuk yang
ke lima kalinya. Aku akan menyongsong kenikmatan tertinggi seorang wanita dari
sanggamanya. Aku akan meraih orgasmeku.
"Acchh.. Mass Basrii.. tolonng akuu..
Basrii.. tolongg..".
Kontol Basri makin cepat memompa. Pantatku
berusaha bergoyang untuk menangkap nikmat pompaan Basri. Kami mulai merasakan
berada di gerbang kenikmatan puncak. Basri melepas payudaraku yang sejak aku
menungging tadi diremas-remasnya. Kini dia bangkit dengan tangannya menekan
pinggulku. Itu artinya nafsu Basri sudah tak mungkin dia bendung lagi.
Kocokan kontolnya makin cepat, "in &
out" ke lubang vaginaku. Aku sendiri tak mampu menahan keinginan rasa
ingin kencingku. Aku menggoyang-goyangkan pantatku dengan memepertegas desahan
dan rintihanku untuk memacu nafsu Basri.
Dan akhirnya.. Bertetes-tetes sperma Basri
terasa menghangatkan memekku. Sedetik berikutnya, orgasmeku datang. Cairan
birahiku membanjir. Pompaan kontol Basri tidak langsung berhenti saat menembak
lubang vaginaku dengan spermanya. Dan akibatnya dari celah ketat antara batang
kontol dan bibir vaginaku nampak busa-busa cairan birahiku bercampur sperma
Basri muncrat dan meleleh setiap kali kontol Basri masuk maupun keluar dari
lubang kemaluanku.
Kemudian lama-lama melambat dan akhirnya diam.
Kami bersama-sama rebah di ranjang. Kecuali nafas-nafas panjang yang terdengar,
yang lainnya sepi. Terdengar anjing tetangga menyalak, seakan ada yang lewat.
Terdengar kucing mengejar betinanya di genting. Terdengar tukang mie menawarkan
dagangannya. Aku melirik ke Basri dan saling bertemu pandang. Kami
masing-masing meraih kepuasan. Untuk sementara rasa penasaran Basri telah reda.
Jam menunjukkan pukul 10.40 malam. Basri
bangkit dari ranjang dan turun ke kamar mandi. Kubiarkan saja dia, mungkin dia
perlu buang air kecil. Aku masih menginginkan ada lanjutannya. Aku selalu belum
tuntas kalau mulutku belum dientot lelaki yang mengencaniku. Dan Basri harus
menyelesaikannya. Aku yakin dia akan menyelesaikannya dengan baik dan aku akan
meraih kepuasan darinya untuk yang kedua kalinya.
Ternyata memang sekembalinya dari kamar mandi,
kontolnya sudah terlihat tegak kembali. Aku yakin, lelaki seperti Basri ini
tidak akan cukup dengan hanya sekali spermanya muncrat pada setiap bersetubuh
dengan perempuan. Dia kembali mendekat ke ranjang. Aku cepat meraih kontolnya
yang sebesar pentungan satpamnya. Kuelus dengan jari-jariku dan kulihat
wajahnya. Dia menutup matanya menikmati sentuhan jari-jari lembutku. Aku senang
dia menutup matanya itu. Bibirku mendekat, kuulurkan lidahku ke belahan lubang
kencingnya. Kurasakan, lidahku merasakan sebagian air kencingnya yang masih
tertinggal di belahan lubang itu. Aromanya mendekati bir yang baru terbuka
botolnya. Keras dan ada sedikit pesingnya. Kujilati hingga bersih dari
sisa-sisa tetesan air kencingnya. Aku sangat menikmati kesempatan langka ini.
Kulihat kembali wajahnya. Ternyata dia telah
membuka matanya dan memperhatikan lidahku yang sedang menjilat-jilat.
"Bu Adit, enak banget ketika bibir Bu
Adit menyentuh kontol saya. Dan ketika lidah Ibu menjilat.. aku tidak pernah
membayangkan ada wanita secantik Ibu mau menjilat kontol saya. Bahkan sisa-sisa
kencing saya, Bu", kata Basri sambil tangannya mengelus rambutku yang
terurai panjang.
Mendengar pembicaraannya itu, terbit
kenakalanku. Aku ingin melihatnya benar-benar blingsatan, ingin mendengar
rintihan nikmatnya yang luar biasa, ingin melihat bagaimana jika tubuhnya
menggeliat-geliat dengan penuh gelinjang karena merasakan jilatan dan kuluman
nikmat dari mulutku. Kugenggam kontolnya, kunaikkan dan kupepetkan ke perutnya.
Wow, panjangnya adalah hingga ujungnya menyentuh pusarnya.
Saat itu pelirnya berada tepat di depan
bibirku. Tentu saja lidahku langsung bekerja dipadu dengan bibirku yang
menyedot-nyedot biji pelirnya itu. Dia mulai gelisah. Pantatnya bergoyang,
ingin menekankan pada mulutku. Kemudian aku mengubah posisi dengan turun dari
ranjang. Dan Basri kudorong hingga telentang di kasur dengan kedua kakinya
tetap terjuntai ke lantai. Kini aku sepenuhnya memegang 'komando'. Dengan tetap
kugenggam kontolnya, lidahku mulai menjilat selangkangannya.
Bau keringatnya yang sangat alami karena telah
seharian terjemur dalam tugasnya, sangat merangsang libidoku. Bau alami seperti
ini terkadang jauh lebih merangsang dari pada para pria pesolek seperti Rendi
dan teman-temannya yang suka dengan parfum, bedak atau pewangi lainnya. Benar
juga. Lidahku di selangkangannya membuat Basri seperti orang tenggelam di laut,
gelagapan dengan nafasnya yang terputus-putus memburu. Tangannya terus
mengacak-ngacak rambutku yang istri bossnya ini.
Saat aku menjilat lebih ke bawah lagi dan
mengarah ke anusnya, pantatnya dia angkat-angkat sambil kakinya di tekankan ke
pinggiran ranjang menahan kegelian yang amat sangat. Ah, tanggung.. kubalik
saja badannya hingga posisinya tengkurap, kemudian tanganku memberi isyarat
agar Basri sedikit menungging. Dia patuh. Dengan lututnya sebagai tumpuan dia
bukan lagi sedikit, tetapi benar-benar menungging. Inilah saatnya Basri akan
merasakan bagaimana aku, istri Pak Adit atasannya akan menjilati duburnya.
Kusapu dulu bukit pantatnya dengan lidahku
sambil hidungku berusaha menangkap aroma anusnya. Wow, dia langsung
menggelinjang dengan suara rintihan yang menimbulkan rasa horny. Tangannya
menggapai-gapai untuk berusaha meraih kembali rambutku. Dan lidahku tak lagi
berputar-putar, tetapi langsung kubenamkan pada analnya. Basri benar-benar
blingsatan. Kini tangannya yang telah meraih rambutku menariknya
kencang-kencang hingga kulit kepalaku terasa pedih. Aku sangat menikmati hal
ini. Aku semakin bersemangat menjilat dan menyedot-sedot pantatnya, sementara
tangan kiriku meraba dan kemudian meraih kontolnya yang bergelantungan di bawah
perutnya dalam keadaan ngaceng berat. Tanganku mengocok lembut kontol itu.
Setelah beberapa saat hal itu berlangsung,
terdengar desahan dan rintihan Basri yang menandakan bahwa spermanya akan
muncrat. Cepat kudorong kembali tubuhnya untuk telentang. Kucaplok kontolnya,
kukulum dan kupompa dengan mulutku. Basri ingin aku memompa dengan cepat. Dan
dengan lolongan seperti serigala di malam hari, Basri menjerit kecil dengan
disertai tumpahnya sperma ke mulutku. Aku merasakan kehangatan adanya
lendir-lendir yang menyemprot dan memenuhi mulutku. Aku kecap sperma Basri dan
kutelan. Tak setetespun yang tercecer. Kami kembali rubuh ke kasur. Aku teramat
sangat lelah. Ini mungkin adalah akumulasi kelelahan yang tak begitu kurasakan
sejak kepergianku dari Bogor tadi. Aku terlena sesaat.
Saat Basri membangunkanku untuk pamit pulang,
kulihat dia sudah rapi dengan pakaiannya kembali. Aku bergegas berpakaian. Aku
sengaja tidak ke kamar mandi dulu. Nanti saja. Ada kenikmatan erotis tersendiri
untuk menahan sperma yang masih mencemari tubuhku. Kuantarkan Basri ke pintu.
Dia harus cepat pergi dari rumahku. Saat telah siap semuanya, aku mendekat dan
memagutnya dalam-dalam. Sesaat kami saling bertukar ludah dan lidah.
"Mas Basri, ntar kita cari waktu lagi,
ya. Aku ingin dientot terus menerus sama Mas Basri. Kontolmu ini sangat
membuatku mabuk. Aku masih belum puas".
Kontol Basri yang masih kugenggam langsung
berdiri kembali. Aku tahu, kalau saja kutahan dia, Basri akan dengan senang
hati tinggal. Mungkin sampai pagi. Tetapi kubimbing saja dia ke pintu, karena
dia memang harus pergi dari rumahku sekarang. Tepat pada pukul 11.10 Kijang
Basri sudah meninggalkan rumahku. Aku tidak langsung mematikan lampu-lampu.
Bahkan aku masih sempat berjalan-jalan di taman rumahku, seakan-akan
memperhatikan tanaman-tanaman bungaku yang memang setiap hari kurawat dengan
penuh kecintaan.
Tetanggaku, Pak Taslim baru saja lewat bersama
anaknya dari warung sebelah. Setelah pintu halaman kukunci, pada pukul 11.30
malam baru aku masuk rumah. Pintu utama kututup dan kukunci. Lampu-lampu yang
tidak penting kumatikan. Baru aku menuju peraduan dengan masih menyimpan sperma
Basri dalam nonokku dan sebagian sperma kering yang masih belepotan di sekitar
mulutku. Aku nikmati terus agar selalu merasa dekat dengannya. Selama 2 hari
berselingkuh dengan 4 lelaki teman kantor suamiku, aku baru merasakan bahwa
hanya dengan Basrilah aku mendapatkan keaslian sifatnya. Bayangkan, dengan
pendidikannya yang hanya dapat membuatnya menjadi satpam, dia berani melakukan
sesuatu loncatan keluar jauh dari 'orbit'-nya, dia entoti aku yang merupakan
istrinya bossnya di kantor, Mas Adit.