![putih [Portal Seks]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGf29HN1Ha14yCbclG0Xr9I-PtSD5qNvlK36cfOmirLhORX_8qByOIXZYrSUQ2N1Phb3EiJ84lXkgtTpArr95XClNGkpAHR6gr_28jImexf0JaEcK7Wbyuv3OQAmQovw6BabFpwygZsD9d/s1600/gok2jprlkqq9rjjhyjn1.jpg)
Panggil saja aku Ade, panggilan sehari-hari
meski aku bukan anak bontot. Aku murid SMU kelas 3. Aku tinggal di sebuah
perumahan di Jakarta. Daerahnya mirip-mirip di PI deh, tapi bukan perumahan
"or-kay" kok. Sekitar beberapa bulan lalu, rumah kontrakan kosong di
sebelah kiri rumahku ditempati oleh keluarga baru. Awalnya mereka jarang
kelihatan, namun sekitardua minggu kemudian mereka sudah cepat akrab dengan
tetangga?tetangga sekitar. Ternyata penghuninya seorang wanita dengan
perkiraanku umurnya baru 30-an, anak perempuannya dan seorang PRT. Nama
lengkapnya aku tidak tahu, namun nama panggilannya Tante Yana. Anaknya bernama
Anita, sepantaran denganku, siswi SMU kelas 3. Ternyata Tante Yana adalah janda
seorang bulekalau tidak salah, asal Perancis. Sikapnya friendly, gampang diajak
ngobrol. Tapi, yang paling utama adalah penampilannya yang
"mengundang". Rambutnya ikal di bawah telinga. Kulitnya coklat muda.
Bodinya tidak langsing tapi kalau dilihat terus, malah jadi seksi. Payudaranya
juga besar. Taksiranku sekitar 36-an.
Yang membikin mengundang adalah Tante Yana
sering memakai baju sleeveless dengan celana pendek sekitar empat jari dari
lutut. Kalau duduk, celananya nampak sempit oleh pahanya. Wajahnya tidak
cantik?cantik amat, wajah ciri khas Indonesia, tipe yang disuka orang-orang
bule. Seperti bodinya, wajahnya juga kalau diperhatikan, apalagi kalau bajunya
agak "terbuka", malah jadi muka?muka ranjang gitu deh. Dari cara
berpakaiannya aku mengira kalau Tante Yana ituhypersex. Kalau Anita, kebalikan
ibunya. Wajahnya cantik Indo, dan kulitnya putih. Rambutnya hitam kecoklatan,
belah pinggir sebahu. Meski buah dadanya tidak terlalu besar, kecocokan
pakaiannya justru membuat Anita jadi seksi. Nampaknya aku terserang sindrom
tetangga sebelah nih.
Berhari-hari berlalu, nafsuku terhadap Tante
Yana semakin bergolak sehingga aku sering nekat ngumpet di balik semak-semak,
onani sambil melihati Tante Yana kalau sedang di luar rumah. Tapi terhadap
Anita, nafsuku hanya sedikit, itu juga karena kecantikannya dan kulit putihnya.
Nafsu besarku kadang-kadang membuatku ingin menunjukkan batangku di depan Tante
Yana dan onani didepan dia. Pernah sesekali kujalankan niatku itu, namun pas
Tante Yana lewat, buru-buru kututup "anu"-ku dengan baju, karena
takut tiba-tiba Tante Yana melapor sama ortu. Tapi, kenyataannya berbeda. Tante
Yana justru menyapaku, (dan kusapa balik sambil menutupi kemaluanku), dan pas
di depan pagar rumahnya, ia tersenyum sinis yang menjurus ke senyuman nakal.
"Ehem.. hmm.." dengan sorotan mata nakal pula. Sejenak aku terbengong
dan menelan ludah, serta malah tambahnafsu.
Kemudian, pada suatu waktu, kuingat sekali itu
hari Rabu. Saat aku pulang kuliah dan mau membuka pagar rumah, Tante Yana
memanggilku dengan lembut, "De, sini dulu.. Tante bikinin makanan nih buat
papa-mamamu." Langsung saja kujawab, "Ooh, iya Tante.." Nafasku
langsung memburu, dan dag dig dug. Setengah batinku takut dan ragu-ragu, dan
setengahnya lagi justru menyuruh supaya "mengajak" Tante Yana. Tante
Yana memakai baju sleeveless hijau muda, dan celana pendek hijau muda juga.
Setelah masuk ke ruang tamunya, ternyata Tante Yana hanya sendirian, katanya
pembantunya lagi belanja. Keadaan tersebut membuatku semakin dag dig dug.
Tiba-tiba tante memanggilku dari arah dapur, "De, sini nih.. makanannya."
Memang benar sih, ada beberapa piring makanan di atas baki sudah Tante Yana
susun.
Saat aku mau mengangkat bakinya, tiba-tiba
tangan kanan Tante Yana mengelus pinggangku sementara tangan kirinya mengelus
punggungku. Tante Yana lalu merapatkan wajahnya di pipiku sambil berkata,
"De, mm.. kamu.. nakal juga yah ternyata.." Dengan tergagap-gagap aku
berbicara, "Emm.. ee.. nakal gimana sih Tante?" Jantungku tambah
cepat berdegup. "Hmm hmm.. pura-pura nggak inget yah? Kamu nakal..
ngeluarin titit, udah gitu ngocok-ngocok.."Tante Yana meneruskan bicaranya
sambil meraba-raba pipi dekat bibirku. Kontan saja aku tambah gagap plus kaget
karena Tante Yana ternyata mengetahuinya. Itulah sebabnya dia tersenyum sinis
dan nakal waktu itu. Aku tambah gagap, "Eeehh? Eee.. itu.." Tante
Yana langsung memotong sambil berbisik sambil terus mengelus pipiku dan bahkan
pantatku. "Kamu mau yah sama Tante? Hmm?" Tanpa banyak omong-omong
lagi, tante langsung mencium ujung bibir kananku dengan sedikit sentuhan ujung
lidahnya.
Ternyata benar perkiraanku, Tante Yana
hypersex. Aku tidak mau kalah, kubalas segeraciumannya ke bibir tebal seksinya
itu. Lalu kusenderkan diriku di tembok sebelah wastafel dan kuangkat pahanya ke
pinggangku. Ciuman Tante Yana sangat erotis dan bertempo cepat. Kurasakan
bibirku dan sebagian pipiku basah karena dijilati oleh Tante Yana. Pahanya yang
tadi kuangkat kini menggesek-gesek pinggangku. Akibat erotisnya ciuman Tante
Yana, nafsuku menjadi bertambah. Kumasukkan kedua tanganku ke balik bajunya di
punggungnya seperti memeluk, dan kuelusi punggungnya. Saat kuelus punggungnya,
Tante Yana mendongakkan kepalanya dan terengah. Sesekali tanganku mengenai tali
BH-nya yang kemudian terlepas akibat gesekan tanganku. Kemudian Tante Yana
mencabut bibirnya dari bibirku, menyudahi ciuman dan mengajakkuuntuk ke
kamarnya.
Kami buru-buru ke kamarnya karena sangat
bernafsu. Aku sampai tidak memperhatikan bentuk dan isi kamarnya, langsung
direbah oleh Tante Yana dan meneruskan ciuman. Posisi Tante Yana adalah posisi
senggama kesukaanku yaitu nungging. Ciumannya benar-benar erotis. Kumasukkan
tanganku ke celananya dan aku langsung mengelus belahan pantatnya yang hampir
mengenai belahan vaginanya. Tante Yana yang hyper itu langsung melucuti kaosku
dengan agak cepat. Tapi setelah itu ada adegan baru yang belum pernah kulihat
baik di film semi ataupun di BF manapun. Tante Yana meludahi dada abdomen-ku
dan menjilatinya kembali. Sesekali aku merasa seperti ngilu ketikalidah Tante
Yana mengenai pusarku. Ketika aku mencoba mengangkat kepalaku, kulihat bagian
leher kaos tante Yana kendor, sehingga buah dadanya yang bergoyang-goyang
terlihat jelas. Kemudian kupegang pinggangnya dan kupindahkan posisinya ke
bawahku. Lalu, kulucuti kaosnya serta beha nya, kulanjutkan menghisapi puting payudaranya.
Nampak Tante Yana kembali mendongakkan kepalanya dan terengah sesekali
memanggil namaku.
Sambil terus menghisap dan menjilati
payudaranya, kulepas celana panjangku dan celana dalamku dan kubuang ke lantai.
Ternyata pas kupegang "anu"-ku, sudah ereksi dengan level maksimum.
Sangat keras dan ketika kukocok-kocok sesekali mengenai dan menggesek
urat-uratnya. Tante Yana pun melepas celana-celananya dan mengelusi bulu-bulu
dan lubang vaginanya. Ia juga meraup sedikit mani dari vaginanya dan memasukkan
jari-jari tersebut ke mulutku. Aku langsung menurunkan kepalaku dan menjilati
daerah "bawah" Tante Yana. Rasanya agak seperti asin-asinditambah
lagi adanya cairan yang keluar dari lubang "anu"-nya Tante Yana. Tapi
tetap saja aku menikmatinya. Di tengah enaknya menjilat-jilati, ada suara
seperti pintu terbuka namun terdengarnya tidak begitu jelas. Aku takut ketahuan
oleh pembantunya atau Anita.
Sejenak aku berhenti dan ngomong sama Tante
Yana, "Eh.. Tante.." Ternyata tante justru meneruskan
"adegan" dan berkata, "Ehh.. bukan siapa-siapa.. egghh.."
sambil mendesah. Posisiku kini di bawah lagi dan sekarang Tante Yana sedang
menghisap "lollypop". Ereksikusemakin maksimum ketika bibir dan lidah
Tante Yana menyentuh bagian-bagian batangku. Tante Yanamengulangi adegan
meludahi kembali. Ujung penisku diludahi dan sekujurnya dijilati perlahan.
Bayangkan, bagaimana ereksiku tidak tambah maksimum?? Tak lama, Tante Yana yang
tadinya nungging, ganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante Yana
bermaksud melakukan senggama. Aku sempat kaget dan bengong melihat Tante Yana
dengan perlahan memegang dan mengarahkan penisku ke lubangnya layaknya film BF
saja. Tapi setelah ujungnya masuk ke liang senggama, kembali aku seperti ngilu
terutama di bagian pinggang dan selangkanganku dimana kejadian itusemakin
menambah nafsuku.
Tante mulai menggoyangkan tubuhnya dengan arah
atas-bawah awalnya dengan perlahan. Aku merasa sangat nikmat meskipun Tante
Yana sudah tidak virgin. Di dalam liang itu, aku merasa adacairan hangat di
sekujur batang kemaluanku. Sambil kugoyangkan juga badanku, kuelus pinggangnya
dan sesekali buah dadanya kuremas-remas. Tante Yana juga mengelus-elus dada dan
pinggangku sambil terus bergoyang dan melihatiku dengan tersenyum. Mungkin
karena nafsu yang besar, Tante Yana bergoyang sangat cepat tak beraturan entah
itu maju-mundur atau atas bawah. Sampai-sampai sesekali aku mendengar suara
"Ngik ngik ngik" dari kaki ranjangnya. Akibat bergoyang sangat cepat,
tubuh Tante Yana berkeringat. Segera kuelus badannya yang berkeringat dan
kujilatitanganku yang penuh keringat dia itu.
Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku
bersandar di ujung ranjang, dan Tante Yana menduduki pahaku. Jadinya, aku bisa
mudah menciumi dada dan payudaranya. Juga kujilati tubuhnya yang masih sedikit
berkeringat itu, lalu aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit berkeringat
kedada Tante Yana. Tidak kupikirkan waktu itu kalau yang kujilati adalah
keringat karena nafsu yang terlalu meledak. Tak lama, aku merasa akan
ejakulasi. "Ehh.. Tante.. uu.. udaahh.." Belum sempat aku
menyelesaikan kata-kataku, Tante Yana sudah setengah berdiri dan nungging di
depanku. Tante Yana mengelus-elus dan mengocok penisku, dan mulutnya sudah
ternganga dan lidahnya menjulur siap menerima semprotan spermaku. Karena kocokan
Tante Yana, aku jadi ejakulasi. "Crit.. crroott.. crroott.." ternyata
semprotan spermaku kuhitung sampai sekitar tujuh kali dimana setiap kencrotan
itu mengeluarkan sperma yang putih, kental dan banyak. Sesekali jangkauan
kencrotannya panjang, dan mengenai rambut Tante Yana. Mungkin ada juga yang
jatuh ke sprei. Persis sekali film BF.
Kulihat wajah Tante Yana sudah penuh sperma
putih kental milikku. Tante Yana yang memanghyper, meraup spermaku baik dari
wajahnya ataupun dari sisa di sekujur batangku, dan memasukkan ke mulutnya.
Setelah itu, aku merasa sangat lemas. Staminaku terkuras oleh Tante Yana. Aku
langsung rebahan sambil memeluk Tante Yana sementara penisku masih tegak
namuntidak sekeras tadi.
Sekitar seminggu berlalu setelah ML sama Tante
Yana. Siang itu aku sedang ada di rumah hanya bersama pembantu (orang tuaku
pulangnya sore atau malam, adikku juga sedang sekolah). Sekitar jam satu-an,
aku yang sedang duduk di kursi malas teras, melihat Tante Yana mau pergi entah
kemana dengan mobilnya. Kulihat Anita menutup pagar dan ia tidak melihatku.
Sekitar 10 menitkemudian, telepon rumahku berdering. Saat kuangkat, ternyata
Anita yang menelepon. Nada suaranya agak ketus, menyuruhku ke rumahnya. Katanya
ada yang ingin diomongin. Di ruang tamunya, aku duduk berhadapan sama Anita.
Wajahnya tidak seperti biasanya, terlihat jutek, judes, dan sebagainya.
Berhubung dia seperti itu, aku jadi salah tingkah dan bingung mau ngomong apa.
Tak lama Anita mulai bicara duluan dengan nada
ketus kembali,
"De, gue mau tanya!"
"Hah? Nanya apaan?" Aku kaget dan
agak dag dig dug.
"Loe waktu minggu lalu ngapain sama
nyokap gue?" Dia nanya langsung tanpa basa-basi.
"Ehh.. minggu lalu? Kapan? Ngapain
emangnya?"
Aku pura-pura tidak tahu dan takutnya dia mau
melaporkan ke orang tuaku.
"Aalahh.. loe nggak usah belagak bego
deh.. Emangnya gue nggak tau? Gue baru pulang sekolah, gue liat sendiri pake
mata kepala gue.. gue intip dari pintu, loe lagi make nyokap gue!!"
Seketika aku langsung kaget, bengong, dan tidak
tahu lagi mau ngapain, badan sudah seperti mati rasa. Batinku berkata,
"Mati gue.. bisa-bisa gue diusir dari rumah nih.. nama baik ortu gue bisa
jatoh.. mati deh gue."
Anita pun masih meneruskan omongannya,
"Loe napsu sama nyokap gue??"
Anita kemudian berdiri sambil tolak pinggang.
Matanya menatap sangat tajam. Aku cuma bisa diam, bengong tidak bisa ngomong
apa-apa. Keringat di leher mengucur. Anita menghampiriku yang hanya duduk diam
kaku beku perlahan masih dengan tolak pinggang dan tatapan tajam. Pipiku sudah
siap menerima tamparan ataupun tonjokan namun untuk hal dia akan melaporkannya
ke orang tuaku dan aku diusir tidak bisa aku pecahkan. Tapi, sekali lagi
kenyataan sangat berbeda. Anita yang memakai kaos terusan yang mirip daster
itu, justru membuka ikatan di punggungnya dan membukakaosnya. Ternyata ia tidak
mengenakan beha dan celana dalam. Jadi di depanku adalah Anita yang bugil.
Takutku kini hilang namun bingungku semakin bertambah. "Kalo gitu, loe mau
juga kan sama gue?" Anita langsung mendekatkan bibir seksi-nya ke bibirku.
Celana pendekku nampak kencang di bagian "anu".
Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis
seperti ciuman Tante Yana, namun ciuman Anita yang lembut dan romantis. Betapa
nikmatnya ciuman dari Anita. Aku langsung memeluknya lembut. Tubuh putihnya
benar-benar mulus. Bulu vaginanya sekilas kulihat coklat gelap. Sesegera
mungkin kulepas celana-celanaku dan Anita membuka kaosku. Lumayan lama Anita
menciumiku dengan posisimembungkuk. Kukocok-kocok penis besarku itu
sedikit-sedikit. Aku langsung membisikkannya, "Nit, kita ke kamarmu
yuk..!" Anita menjawab, "Ayoo.. biarlebih nyaman." Anita
kurebahkan di ranjangnya setelah kugendong dari ruang tamu. Seperti ciuman
tadi, kali ini suasananya lebih lembut, romantis dan perlahan. Anita sesekali
menciumi dan agak menggigit daun telingaku ketika aku sedang mencumbu lehernya.
Anita juga sesekali mencengkeram lenganku dan punggungku. Kaki kanannya
diangkat hingga ke pinggangku dan kadang dia gesek-gesekkan. Dalam pikiranku,
mungkin kali ini ejakulasiku tidak selama seperti sama Tante Yana akibat
terbawa romantisnya suasana.
Dari sini aku bisa tahu bahwa Anita itu tipe
orang romantis dan lembut. Tapi tetap saja nafsunya besar. Malah dia langsung
mengarahkan dan menusukkan penisku ke liang senggamanya tanpa adegan-adegan
lain. Berhubung Anita masih virgin, memasukkannya tidak mudah. Butuh sedikit
dorongan dan tahan sakit termasuk aku juga. Wajah Anita nampak menahan sakit.
Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam keras persis seperti
keasaman makan buah mangga atau jambu yang asem. Tak lama, "Aaahh.. aa..
aahh.." Anita berteriak lumayan keras, aku takutnya terdengar sampai
keluar. Selaput perawannya sudah tertembus. Aku mencoba menggoyangkan
maju-mundur di dalam liang yang masih sempit itu. Tapi, aku merasa sangat enak
sekali senggama di liang perawan. Anita juga ikutan goyang maju-mundur sambil
meraba-raba dadaku dan mencium bibirku. Ternyata benar perkiraanku. Sedikit
lagi aku akan ejakulasi. Mungkin hanya sekitar 6 menit. Meski begitu,
keringatku pun tetap mengucur. Begitupun Anita.
Dengan agak menahan ejakulasi, gantian
kurebahkan Anita, kukeluarkan penisku lalu kukocokdi atas dadanya. Mungkin
akibat masih sempit dan rapatnya selaput dara Anita, batang penisku jadi lebih
mudah tergesek sehingga lebih cepat pula ejakulasinya. Ditambah pula dalam
seminggu tersebut aku tidak onani, nonton BF, atau sebagainya. Kemudian,
"Crit.. crit.. crott.." kembali kujatuhkan spermaku di tubuh orang
untuk kedua kalinya. Kusemprotkan spermaku di dada dan payudaranya Anita. Kali
ini kencrotannya lebih sedikit, namun spermanya lebih kental. Bahkan ada yang
sampai mengenai leher dan dagunya. Anita yang baru pertamakali melihat sperma
lelaki, mencoba ingin tahu bagaimana rasanya menelan sperma. Anita meraup
sedikit dengan agakcanggung dan ekspresi wajahnya sedikit menggambarkan orang
jijik, dan lalu menjilatnya.
Terus, Anita berkata dengan lugu, "Emm..
ee.. De.. kalo 'itu' gimana sih rasanya?" sambil menunjuk ke kejantananku
yang masih berdiri tegak dan kencang. "Eh.. hmm hmm.. cobain aja
sendiri.." sambil tersenyum ia memegang batang kemaluanku perlahan dan
agak canggung. Tak lama, ia mulai memompa mulutnya perlahan malu-malu karena
baru pertama kali. Mungkin ia sekalian membersihkan sisa spermaku yang masih
menetes di sekujur batangku itu. Kulihat sekilas di lubang vaginanya, ada noda
darah yang segera kubersihkan dengan tissue dan lap. Setelah selesai, aku yang
sedang kehabisan stamina, terkulai loyo di ranjang Anita, sementara Anita juga
rebahan di samping. Kami sama-sama puas, terutama aku yang puas menggarap ibu
dan anaknya itu.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar