![asian hot [Portal Seks]](http://www.idols69.net/pictures/632-Maiko-Kazano/16.jpg)
Aku benar-benar tidak mampu mengelak dari
kenikmatan tak terperi yang diberikan Rendi ini, maafkan aku Mas Adit.
Baru kali ini ada seseorang yang dengan
sukarela menjilati pantatku, lubang duburku, lubang pembuangan kotoranku. Lidah
Rendi membor lubang pantatku. Bibirnya menyedot cairan yang keluar dari
pantatku. Dia tidak jijik dengan semua itu. Dia lahap semua serpih-serpih yang
ditemuinya di sekitar pantatku itu. Ciuman dan jilatan Rendi pada dubur lubang
pembuangan kotorankuku itu benar-benar menjadikanku serasa terbang ke
awang-awang nikmat tak terperi.
Pada posisi berikutnya aku merasakan pinggul
dan pantat Rendi mendorong kontolnya mendesak-desak pantatku. Aku yakin batang
hangat itu berusaha memasuki analku. Dan kegatalan yang datang dan tak mampu
kutahan dan kuhindari membuat tanganku melakukan gerak refleks meraih batang
kontolnya yang panjang itu. Alangkah mantapnya kontol Rendi dalam genggaman
tanganku ini. Panjangnya, besar dan kerasnya. Dan tanganku ini begitu cepatnya
memahami kemana maunya arah kontol itu. Di tempat lain, kegalauan telah lama
menanti. Vaginaku telah kuyup oleh cairan birahiku sendiri. Vaginaku menghangat
dalam lelehan lendir yang tak henti-hentinya mengalir keluar dari lubangnya.
Kegatalan kemaluanku menunggu dengan gelisah
tanpa sabar akan arahan tanganku yang kini gemetar, menuntun kontol Rendi
menuju lubang nikmat nonokku. Aku merasakan katup bibir kemaluanku langsung
mengencang seakan tidak rela kontol Rendi menembusnya. Aku merasakan kegatalan
pada tepi-tepi klitorisku yang terus mengeras tegang dan ketat menahan tusukan
kontol Rendi. Tetapi itu hanyalah ironi dari keinginan yang meledak-ledak dalam
bentuk penolakan "jangan - tidak" yang dibarengi gelinjang-gelinjang
nafsu birahi dari seluruh tubuhku.
Dan pada akhirnya semuanya tak ada yang mampu
menghadang. Kontol Rendi dengan jamur dalam bulatan yang besar dan tumpul itu
secara pelan dan pasti telah merangsek maju, menggedor-gedor gerbang vaginaku
secara pasti dan tanpa kenal menyerah. Aku merasakan mili demi mili bagaimana
kontol Rendi menerobos bibir dan kemudian dinding awal menuju lubang vaginaku.
Aku merasakan saraf-sarafku yang karena kegatalan nikmatnya mencengkeram batang
kontol Rendi yang semakin melesak ke dalam lubang kemaluanku. Aku mendengarkan
dan merasakan bagaimana lenguh dan desah Rendi karena kontolnya merasakan
nikmatnya lubang sempitku ini.
Dan ketika batang itu telah terlahap
seluruhnya, Rendi menghentikan desakannya sesaat. Hatiku marah. Nafsuku
meradang. Kurang ajar kamu Rendii.. mengapa kamu tega menyiksaku dengan caramu
itu.. Dan dengan kejengkelan erotikku, tak ayal bokongku berusaha menjemput
batang kontol itu agar tidak diam hingga membuatku tersiksa seperti ini.
Ternyata memang benar, itu hanya sesaat. Dengan tangan kirinya, Rendi meraih
rambutku yang telah berantakan terurai. Seperti sais menarik tali kekang
kudanya, tangan Rendi menarik rambutku ke belakang hingga kepalaku dibuatnya
terdongak.
Dia benar-benar menjadikan rambutku seperti
tali kekang kuda. Ditarik-tariknya sambil menghantamkan keluar masuk kontolnya
ke memekku.
"Ammpuunn Rendii.. kontolmu ituu..
aacchh..".
Genjotan Rendi membuat seluruh ranjangku
bergoyang tergoncang-goncang. Kenikmatan yang kuterima membuat tangan-tanganku
meraba-raba berusaha mencari pegangan. Dan korbannya adalah seprei ranjangku
yang jadi terbongkar tak karuan karena kuremas. Keringatku tak lagi mengenal
toleransi. Mengucur deras mengiringi rintihanku yang dipenuhi kepiluan nikmat
tak bertara.
Setiap tusukan kontol Rendi ke kemaluanku
selalu menghasilkan siksaan sekaligus kenikmatan yang tak mampu kutanggung
sendiri. Rintihan itu seakan meminta, memohon, entah kepada siapa untuk turut
berbagi siksa nikmat yang sedang melandaku. Rintihanku itu sepenuhnya
melukiskan keadaanku yang dengan sepenuhnya sedang terjajah oleh nafsu dan
birahi hewaniahku. Rintihan itu terus menerus mengiringi kocokan kontol Rendi
yang tidak menampakkan tanda-tanda kapan hendak berhenti.
Kemudian, dengan tanpa mencabut kontolnya dari
nonokku, Rendi meraih dan mengangkat kaki kiriku, membalikkan tubuhku kemudian
mendorongnya sedikit lebih ke tengah ranjang pengantinku. Dan kaki kiriku tak
pernah diturunkannya lagi, kecuali hanya disandarkannya pada bahunya yang
membuat selangkanganku menjadi sangat terbuka sehingga nonokku menjadi
sepenuhnya terkuak dan memudahkan Rendi meneruskan kocokannya pada lubang
vaginaku ini.
Kembali sensasi erotik birahiku dengan penuh
nafsu menyerang. Aku hanya bisa mengeluarkan racauan.
"Teruuzzhh.. terruuzzhh Rendii..
teruuzzhh.. enhhaakk..", sambil ludahku muncrat-muncrat karena kehilangan
kendali saraf mulutku dan dengan dibarengi oleh mataku yang melotot tanpa
kedip.
Gelombang kenikmatan yang mengalun
bertalu-talu itu membuat seluruh tubuhku bergelinjang tak karuan.
Tangan-tanganku berusaha menggapai payudaraku dan meremas-remasnya sendiri
dalam upaya mengurangi deraan nikmat yang tanpa batas itu. Tanganku terus
menerus dan semakin erat meremas kuat-kuat seluruh urat dalam payudaraku itu.
Entahlah, kesadaranku rasanya tak tampak lagi, yang tersisa tinggal kenikmatan
yang membuat seluruh tubuhku semakin tenggelam dan terperosok ke dalamnya.
Kini Rendi menjatuhkan kakiku demikian saja
dari bahunya. Nafsunya yang buas dan liar merubuhkan tubuhnya ke atas tubuhku.
Dengan genjotan kontolnya yang semakin cepat, ditindihnya aku. Bibirnya
menjemput bibirku yang langsung kusambut dengan lahapnya. Ludah dan lidahnya
kuhisap-hisap dengan penuh kehausan. Tangan Rendi yang langsung merangsek
tubuhku dengan eratnya membuatnya menekankan bibirnya ke bibirku menjadikan
seakan tubuh kami lengket tak terpisahkan. Dan tanganku yang juga memeluk
tubuhnya yang bidang itu merasakan betapa keringat Rendi mengucur deras.
Sementara kontol Rendi yang panjang itu makin
cepat menghunjamkan batangnya ke vaginaku hingga terasa mentok pada lubang
peranakanku. Selama ini belum pernah ada yang mampu menyentuh lubang peranakanku.
Panjangnya kontol Mas Adit yang hanya separohnya jelas tak akan pernah
menyentuh titik lokasi ini. Sedangkan justru di situlah sebenarnya letak
saraf-saraf peka yang mampu membuat perempuan menerima kenikmatannya dari
kontol seorang lelaki. Aku sungguh-sungguh merasakan sangat beruntung dientot
Rendi pagi ini.
Dan kini yang aku rasakan adalah semacam
aliran birahi yang mendesak dari lubang vaginaku untuk muncul ke permukaan.
Seperti ingin kencing yang sangat mendesak. Saraf-saraf pada dinding vaginaku
yang semakin ketat mencengkeram batang kontol Rendi menguncup antara melepas
dan mencengkeram membuat rasa ingin kencing yang tak lagi mampu kubendung.
Anehnya rasa ingin kencing itu justru ingin sekali kugapai. Dan perasaan
seperti ini belum pernah aku rasakan semenjak 8 tahun perkawinanku dengan Mas
Adit.
Apakah ini yang sering disebutkan sebagai
orgasme? Apakah memang selama ini aku tidak pernah mendapakan orgasme? Apakah
sepanjang hubungan seksku selama 8 tahun dengan Mas Adit tidak pernah sekalipun
menghasilkan orgasme? Aku sendiri tidak tahu, apa sebenarnya orgasme itu.
Tiba-tiba saja, juga dengan tanpa melepas
kontolnya dari nonokku, Rendi mengangkat kaki kananku dan diseberangkan
melewati tubuhnya yang merebah ke kanan tubuhku. Dan kini posisiku adalah
miring membelakangi Rendi yang dengan tanpa berhenti bisa tetap mempertahankan
kontolnya pada lubang memekku sambil terus menggenjotnya.
Dengan cara memeluk tubuhku dari belakang,
tangan Rendi langsung meremas payudaraku yang iramanya mengiringi genjotan
kontolnya pada kemaluanku. Dan rasa ingin kencing itu membuatku nonokku terasa
sedemikian gatalnya hingga dengan sepenuh kekuatan, aku menggoyang-goyangkuan
pinggul dan pantatku untuk ikut menjemput kontol yang keluar masuk di liang
vaginaku.
Rasanya kegatalan ini tak akan mereda kembali.
Aku berteriak, mengaduh, merintih dan berteriak kembali. Tempat tidurku
bergoncang dengan hebatnya. Sepreiku sudah terlepas entah kemana. Kini aku raih
kisi-kisi ranjangku kuat-kuat. Rasa ingin kencing itu tak lagi dapat
terhindarkan. Rasa ingin kencing itu sudah sangat mendekati gerbang pertahanan
terakhirnya untuk jebol. Rasa merinding dan gemetar langsung melanda seluruh
tubuhku.
"Rendii.., akuu.., oohh..", dan
entah apa lagi yang kuteriakkan.
Hingga akhirnya ada yang kurasakan sangat
mencekam saraf-saraf vaginaku.
Dengan kedutan-kedutan besar, serta dengan
cengkeraman-cengkeraman pada kisi-kisi ranjang yang bisa membuat
tangan-tanganku terluka, dengan keringatku yang mengucur membasahi dada, perut,
rambutku maupun leherku, kutekan habis-habisan hingga mentok ke pintu
peranakanku setiap kontol Rendi menusuk nonokku, terus kutekan, terus, hingga
kurasakan ada sesuatu yang tumpah dari lubang vaginaku.
Tumpahan-tumpahan dari lubang vaginaku itu rasanya
mengalir tak henti-hentinya, sangat nikmat. Aku terkulai sesaat. Sementara itu
kontol Rendi sama sekali belum menunjukkan akan selesai menggenjotku, bahkan
semakin mempercepat kocokannya. Aku pasrah saja. Walau sejenak setelah ada yang
tumpah dari liang vaginaku tadi segala kegatalanku tadi langsung turun. Yang
kurasakan sekarang adalah sedikit rasa pedih. Kocokan kontol Rendi mungkin
membawa serta rambut-rambut di tepi vaginaku sehingga kemungkinan membuat bibir
vaginaku terluka. Tetapi tak apalah. Toh sebanding dengan apa yang bisa kuraih
pagi ini.
Rupanya Rendi memang masih jauh dari
tujuannya. Kontolnya yang besar panjang dan kaku itu, walaupun posisi Rendi
berada di punggungku, tak ayal pula tetap saja ujungnya mampu menyentuh lubang
peranakanku. Bahkan, kini dia raih tubuhku ke atas tubuhnya. Aku menjadi
telentang menindih tubuhnya yang terus menancapkan dan menggejot nonokku.
Kakunya itu, pajangnya itu, besarnya itu membuat seakan tak ada celah yang
tersisa lagi dalam ruang kemaluanku yang memang menjadi sangat menyempit dan
terus menerus menggedor lubang peranakanku.
Rasanya Rendi memerlukan bantuanku. Aku
berusaha bangkit untuk mencoba membantunya. Mungkin dengan menggoyangkan
pinggul dan pantatku akan dapat mengimbangi genjotannya yang semakin menggila.
Bahkan kemudian aku bergerak bangun setengah menduduki selangkangannya dengan
kedua tanganku masih bertumpu pada dada gempal Rendi sehingga kontol Rendi
dapat sepenuhnya masuk dalam lahapan vaginaku dan kuikuti genjotannya dengan
menaikturunkan pantatku. Payudarahku ikut tergoncang-goncang. Rambutku
terhambur ke kanan maupun kiri. Sungguh edan kontol ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar