![toket [Portal Seks]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjF-YujmqEdyd6S8tFqt1PgWnJRVd3VSZqyo4lJCnj5yc5MYrLexAsD8MXU4b6iQFlnoz0cvWcoatjVbJcd6CHPAN_N8JJKyF_-rIZjS-6BZ2FNrAIfzuQ2navNLFooQz7INNuv7UaAfuYs/s1600/58ct5r25q4le.jpg)
Disini saya akan mengulas sedikit mengenai
pengalaman pribadi saya sendiri, dan hal ini masih menghantui saya sampai
cerita ini saya muat. Okey deh, saya perkenalkan diri dulu. Nama saya Bojach,
atau biasa dipanggil Jach, tinggi badan 180 cm dengan kulit putih bersih,
maklum peranakan atau istilahnya indo. Latar belakang keluarga saya adalah dari
keluarga miskin, dimana saya sebagai anak sulung yang dapat dikatakan lain dari
adik-adik saya.
Sebenarnya ayah saya asli orang Indonesia dan
ibu juga, tapi dari cerita yang saya dapatkan dari kelurga, bahwa ibu saya
pernah kerja di USA atau di Houston sebagai pembantu rumah tangga. Waktu itu
ada pamilik yang tinggal di Huston memerlukan seorang pembantu untuk mengurusi
anaknya. Pendek cerita ibu saya sudah 2 tahun di Huston mendapat masalah,
dimana dia pernah diperkosa sama orang Bule di sana, dan karena sudah trauma
dengan kejadian yang menimpanya, maka dia minta pulang ke Indonesia.
Sesampainya di Indonesia dia langsung
mendapatkan jodoh, yaitu ayah saya sekarang, dan ternyata ibu saya telah hamil
dengan orang Bule yang pernah memperkosanya. Itulah pendek cerita mengenai
latar belakang saya, kenapa saya jadi keturunan indo.
Okey sorry terlalu panjang pendahuluannya,
kita langsung saja ke ceritanya. Kejadian ini bermula dimana saya memiliki
pacar yang sangat cemburu dan sayang sama saya, maka saya dianjurkan mengontrak
rumah di rumah tantenya yang tentunya berdekatan dengan rumahnya. Saya bekerja
di salah satu perusahaan Asing yang berkecimpung di Akuntan Public yang
terkenal dan ternama, maka saya mendapatkan uang yang secukupnya untuk
membiayai adik saya 5 orang yang sedang kuliah di Jakarta. Dan untung saja 3
orang masuk UI dan 2 orang masuk IPB, maka dengan mudah saya bayar uang
semesterannya. Sedangkan saya sendiri hanya membutuhkan uang makan dan ongkos,
dimana saya tinggal di kawasan Bogor yang terkenal dengan hujannya.
Setelah dua tahun saya mengontrak di rumah
yang sampai sekarang juga masih saya tempati, terjadilah kejadian ini. Dimana
waktu itu kelima adik saya pulang kampung karena liburan panjang ke Kalimantan,
sedangkan saya yang kerja tidak dapat pulang kampung dengan mereka, maka
tinggallah saya seorang diri di Jakarta. Waktu itu tepat hari Sabtu, dimana Om
Boyke atau suami Tante Linda ini biasanya kerja pada hari Sabtu, maklum dia
adalah pegawai swasta dan sering juga ke lapangan dimana dia bekerja di
perminyakan di lepas pantai. Jadi waktu itu Om Boyke ke lapangan dan tinggallah
Tante Linda sendirian di rumah.
Tante Linda telah menikah, tetapi sudah lama
tidak mendapatkan anak hampir sudah 8 tahun, dan hal itu menjadi pertanyaan
siapa yang salah, Tante Linda apa Om Boyke. Okey waktu itu tepatnya malam Sabtu
hujan di Bogor begitu derasnya yang dapat menggoda diri untuk bermalas-malas.
Secara otomatis saya langsung masuk kamar tidur dan langsung tergeletak.
Tiba-tiba Tante Linda memanggil, "Jach...
Jach... Jach... tolong dong..!"
Saya menyahut panggilannya, "Ada apaan
Tante..?"
"Ini lho.. rumah Tante bocor, tolong dong
diperbaiki..!"
Lalu saya ambil inisiatif mencarikan plastik
untuk dipakai sementara supaya hujannya tidak terlalu deras masuk rumah. 10
menitan saya mengerjakannya, setelah itu telah teratasi kebocoran rumah Tante
Linda.Kemudian saya merapikan pakaian saya dan sambil duduk di kursi ruang
makan.
Terus Tante Linda menawarkan saya minum kopi,
"Nih.., biar hangat..!"
Karena saya basah kuyup semua waktu
memperbaiki atap rumahnya yang bocor.
Saya jawab, "Okelah boleh juga, tapi saya
ganti baju dulu ke rumah.." sambil saya melangkah ke rumah samping.
Saya mengontrak rumah petak Tante Linda persis
di samping rumahnya.
Tidak berapa lama saya kembali ke rumah Tante
Linda dengan mengenakan celana pendek tanpa celana dalam. Sejenak saya
terhenyak menyaksikan pemandangan di depan mata, rupanya disaat saya pergi
mandi dan ganti baju tadi, Tante Linda juga rupanya mandi dan telah ganti baju
tidur yang seksi dan sangat menggiurkan. Tapi saya berusaha membuang pikiran
kotor dari otak saya. Tante Linda menawarkan saya duduk sambil melangkah ke
dapur mengambilkan kopi kesenangan saya. Selang beberapa lama, Tante Linda
sudah kembali dengan secngkir kopi di tangannya.
Sewaktu Tante Linda meletakkan gelas ke meja
persis di depan saya, tidak sengaja terlihat belahan buah dada yang begitu
sangat menggiurkan, dan dapat merangsang saya seketika. Entah setan apa yang
telah hinggap pada diri saya. Untuk menghindarkan yang tidak-tidak, maka dengan
cepat saya berusaha secepat mungkin membuang jauh-jauh pikiran kotor yang
sedang melanda diri saya.
Tante Linda memulai pembicaraan, "Giman
Jach..? Udah hilang dinginnya, sorry ya kamu udah saya reporin beresin genteng
Tante."
"Ah... nggak apa-apa lagi Tante, namanya
juga tetangga, apalagi saya kan ngontrak di rumah Tante, dan kebetulan Om tidak
ada jadi apa salahnya menolong orang yang memerlukan pertolongan kita."
kata saya mencoba memberikan penjelasan.
"Omong-omong Jach, adik-adik kamu pada
kemana semua..? Biasanya kan udah pada pulag kuliah jam segini,"
"Rupanya Tante Linda tidak tau ya, kan
tadi siang khan udah pada berangkat ke Kalimantan berlibur 2 bulan di
sana."
"Oh... jadi kamu sendiri dong di
rumah..?"
"Iya Tante.." jawab saya dengan
santai.
Terus saya tanya, "Tante juga sendiri
ya..? Biasanya ada si Mbok.., dimana Tante?"
"Itu dia Jach, dia tadi sore minta pulang
ke Bandung lihat cucunya baru lahir, jadi dia minta ijin 1 minggu. Kebetulan Om
kamu tidak di rumah, jadi tidak terlalu repot. Saya kasih aja dia pulang ke
rumah anaknya di Bandung." jelasnya.
Saya lihat jam dinding menunjukkan sudah jam
23.00 wib malam, tapi rasa ngantuk belum juga ada. Saya lihat Tante Linda sudah
mulai menguap, tapi saya tidak hiraukan karena kebetulan Film di televisi pada
saat itu lagi seru, dan tumben-tumbennya malam Sabtu enak siarannya, biasanya
juga tidak. Tante Linda tidak kedengaran lagi suaranya, dan rupanya dia sudah
ketiduran di sofa dengan kondisi pada saat itu dia tepat satu sofa dengan saya
persis di samping saya.
Sudah setengah jam lebih kurang Tante Linda
ketiduran, waktu itu sudah menunjukkan pukul 23.35.
"Aduh gimana ini, saya mau pulang tapi
Tante Linda sedang ketiduran, mau pamitan gimana ya..?" kata saya dalam
hati.
Tiba-tiba saya melihat pemandangan yang tidak
pernah saya lihat. Dimana Tante Linda dengan posisi mengangkat kaki ke sofa
sebelah dan agak selonjoran sedang ketiduran, dengan otomatis dasternya
tersikap dan terlihat warna celananya yang krem dengan godaan yang ada di depan
mata. Hal ini membuat iman saya sedikit goyang, tapi biar begitu saya tetap
berusaha menenangkan pikiran saya.
Akhirnya, dari pada saya semakin lama disini
semaking tidak terkendali, lebih baik saya bangunkan Tante Linda biar saya
permisi pulang. Akhirnya saya beranikan diri untuk membangunkan Tante Linda
untuk pulang. Dengan sedikit grogi saya pegang pundaknya.
"Tan... Tan..."
Dengan bermalas-malas Tante Linda mulai
terbangun. Karena saya dengan posisi duduk persis di sampingnya, otomatis Tante
Linda menyandar ke bahu saya. Dengan perasaan yang sangat kikuk, tidak ada lagi
yang dapat saya lakukan. Dengan usaha sekali lagi saya bangunkan Tante Linda.
"Tan... Tan..."
Walaupun sudah dengan mengelus tangannya,
Tante Linda bukannya bangun, bahkan sekarang tangannya tepat di atas paha saya.
"Aduh gimana ini..?" gumam saya
dalam hati, "Gimana nantinya ini..?"
Entah setan apa yang telah hinggap, akhirnya
tanpa disadari saya sudah berani membelai rambutnya dan mengelus bahunya. Belum
puas dengan bahunya, dengan sedikit hati-hati saya elus badannya dari belakang
dengan sedikit menyenggol buah dadanya. Aduh.., adik saya langsung lancang
depan. Dengan tegangan tinggi, nafsu sudah kepalang naik, dan dengan sedikit
keberanian yang tinggi, saya dekatkan bibir saya ke bibirnya. Tercium sejenak
bau harum mulutnya.
Pelan-pelan saya tempelkan dengan gemetaran
bibir saya, tapi anehnya Tante Linda tidak bereaksi apa-apa, entah menolak atau
menerima. Dengan sedikit keberanian lagi, saya julurkan lidah ke dalam
mulutnya. Dengan sedikit mendesah, Tante Linda mengagetkan saya. Dia terbangun,
tapi entah kenapa bukannya saya ketakutan malah keluar pujian.
"Tante Linda cantik udah ngantuk ya..?
Mmuahhh..!" saya kecup bibirnya dengan lembut.
Tanpa saya sadari, saya sudah memegang buah
dadanya pada ciuman ketiga.
Tante Linda membalas ciuman saya dengan
lembut. Dia sudah pakar soal bagaimana cara ciuman yang nikmat, yaitu dengan
merangkul leher saya dia menciumi langit-langit mulut saya. 10 menit kami
saling berciuman, dan sekarang saya sudah mengelus-elus buah dadanya yang
sekal.
"Ahk... ahk..!" dengan sedikit
tergesa-gesa Tante Linda sudah menarik celana saya yang tanpa celana dalam, dan
dengan cepat dia menciumi kepala penis saya.
"Ahkk... ah..!" nikmatnya tidak
tergambarkan, "Ahkkk..!"
Saya pun tidak mau kalah, saya singkapkan
dasternya yang tipis ke atas. Alangkah terkejutnya saya, rupanya Tante Linda
sudah tidak mengenakan apa-apa lagi di balik dasternya. Dengan agak agresif
saya ciumi gunung vaginanya, terus mencari klistorisnya.
"Akh... akh... hus..!" desahnya.
Tante Linda sudah terangsang, terlihat dari
vaginanya yang membasah. Saya harus membangkitkan nafsu saya lebih tinggi lagi.
30 menit sudah kami pemanasan, dan sekarang
kami sudah berbugil ria tanpa sehelai benang pun yang lengket di badan kami.
Tanpa saya perintah, Tante Linda merenggangkan pahanya lebar-lebar, dan
langsung saya ambil posisi berjongkok tepat dekat kemaluannya. Dengan sedikit
gemetaran, saya arahkan batang kemaluan saya dengan mengelus-elus di bibir
vaginanya.
"Akh... husss... ahk..!" sedikit
demi sedikit sudah masuk kepala penis saya.
"Akh... akh..!" dengan sedikit
dorongan, "Bless... sss..!" masuk semuanya batang kejantanan saya.
Setelah saya diamkan semenit, secara langsung
Tante Linda menggoyang-goyang pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Tanpa diperintah
lagi, saya maju-mundurkan batang kemaluan saya.
"Akh... uh... terus Sayang.., kenapa
tidak dari dulu kamu puasin Tante..? Akh... blesset... plup... kcok... ckock...
plup... blesset.. akh.. aduh Tante mau keluar nih..!"
"Tunggu Tante, saya juga udah mau
datang..!"
Dengan sedikit hentakan, saya maju-mundurkan
kembali batang kemaluan saya.
Sudah 15 menit kami saling berlomba ke bukit
kenikmatan, kepala penis saya sudah mulai terasa gatal, dan Tante Linda teriak,
"Akh..!"
Bersamaan kami meledak, "Crot... crot...
crot..!" begitu banyak mani saya muncrat di dalam kandungannya.
Badan saya langsung lemas, kami terkulai di
karpet ruang tamu.
Tante Linda kemudian mengajak saya ke kamar
tamu. Sesampainya disana Tante Linda langsung mengemut batang kemaluan saya,
entah kenapa penis saya belum mati dari tegangnya sehabis mencapai klimaks
tadi. Langsung Tante Linda mengakanginya, mengarahkan kepala penis saya ke
bibir vaginanya.
"Akh... husss..!" seperti kepedasan
Tante Linda dengan liarnya menggoyang-goyangkan pinggulnya.
"Blesset... crup... crup... clup...
cloppp..!" suara kemaluannya ketika dimasuki berulang-ulang dengan penis
saya.
30 menit kami saling mengadu, entah sudah berapa
kali Tante Linda orgasme. Tiba saatnya lahar panas mau keluar.
"Crot.., crot..!" meskipun sudah
memuncratkan lahar panas, tidak lepas-lepasnya Tante Linda masih menggoyang
pantatnya dengan teriakan kencang, "Akh..!"
Kemudian Tante tertidur di dada saya, kami
menikmati sisa-sisa kenikmatan dengan batang kejantanan saya masih berada di
dalam vaginanya dengan posisi miring karena pegal. Dengan posisi dia di atas,
seakan-akan Tante Linda tidak mau melepaskan penis saya dari dalam vaginanya.
Begitulah malam itu kami habiskan sampai 3 kali bersetubuh.
Jam 5 pagi saya ngumpat-umpat masuk ke rumah
saya di sebelah, dan tertidur akibat kelelahan satu malam kerja berat.
Begitulah kami melakukan hampir setiap malam sampai Om itu pulang dari
kerjanya. Dan sepulangnya adik saya dari Kalimantan, kami tidak dapat lagi
dengan leluasa bercinta. Begitulah kami hanya melakukan satu kali. Dalam dua
hari itu pun kami lakukan dengan menyelinap ke dapurnya. Kebetulan dapurnya
yang ada jendela itu berketepatan dengan kamar mandi kami di rumah sebelahnya.
3 bulan kemudian Tante Linda hamil dan sangat
senang. Semua keluarganya memestakan anak yang mereka tunggu-tunggu 8 1/2
tahun. Tapi entah kenapa, Tante Linda tidak pernah mengatakan apa-apa mengenai
kadungannya, dan kami masih melakukan kebutuhan kami.
TAMAT