Tia mengangkat kedua tangannya lurus ke atas tanpa dikomando ketika kedua tanganku baru saja mau membuka dasternya. Satu kesalahan kecil saja yang kulakukan terhadap mereka maka aku akan menjadi salah satu bintang dalam berita TV. Segera kuangkat Tia yang kini hanya mengenakan celana dalam putihnya itu ke tengah tempat tidur, lalu kurebahkan. Sementara Sonya mengambil posisi berbaring di samping kiri Tia, memegang tangannya dan membelai rambutnya. Aku duduk tegak di atas kedua lututku untuk menikmati pemandangan-pemandangan indah yang terhampar di depanku. Kuperhatikan Tia yang kini hanya tinggal dibalut celana dalamnya saja, kulitnya yang putih mulus mirip kakaknya, membuatku tidak sabar untuk memberinya kecupan-kecupan mesra.
Pada sebelah kiri Tia berbaring Sonya dengan
daster tipisnya yang agak tersingkap di bagian paha, sehingga kini bisa kulihat
kulit pahanya yang mulus dan sekilas celana dalam pinknya yang begitu sexy
menggoda. Sonya dengan cepat menutup bagian dasternya yang tersingkap tadi
dengan gaya yang malu-malu dan memandangku dengan ekspresi wajah yang begitu
polos, lugu, imut sambil kemudian menggigit sedikit bibir bawahnya, membuat
birahiku bergejolak hebat. Bagaikan orang kelaparan yang dihidangkan santapan
lezat di depan matanya aku langsung menciumi perut Tia.
"Aaah.." Tia mulai mendesah.
Hisapan dan jilatanku kembali merambat naik
menuju lehernya, kedua daun telinganya yang membuatnya merasa kegelian sehingga
ia agak menarik kepalanya menjauhi mulutku. "Abaanghh.. geli.. ahh.."
Secara samar kuperhatikan ternyata Sonya kini sedang menghisap sepasang
payudara kuncupnya bergantian, itulah sebabnya Tia menjadi agak lepas kontrol.
Kubiarkan Tia menghisap lidahku sepuasnya
sementara tanganku kini mulai mengusapi paha dalamnya. Kugetarkan tanganku
bagaikan vibrator pada paha dalam Tia sebelah kanan dan hal ini ternyata
membuat badan Tia terhentak ke bawah, seakan ingin melepaskan diri dari getaran
tanganku dan hisapan Sonya. Tia tidak kuat menerima rangsangan nikmat yang
bertubi-tubi seperti itu sehingga ciumannya pun terlepas.
"Aaah.. sshh.. aahh.. hh.. hh.."
Kesempatan itu segera kumanfaatkan untuk
berpidah ke posisi. Naluriku mengatakan bahwa Tia tidak akan kuat bertahan
lebih lama lagi. Dengan sigap kedua tanganku segera menarik celana dalam putih
itu ke bawah. Kubuka kedua pahanya lebar-lebar lalu kukecup dan Tia mulai
mendesah.
"Aaah.. abaanghh.. Kak Sonya.. hh.. hh..
hh.."
Tia mengangkat-angkat pinggulnya sementara
Sonya masih tetap menghisapi payudaranya dan tak lama, "Aaah.. abaanghh..
Tia mau pipiiss.. hh.. hh.."
Kuredam hentakan pinggulnya.
"Aaah.. abaanghh.."
Akhirnya tubuh Tia bergetar kenikmatan walau
agak tertahan oleh tanganku dan tubuh Sonya. Setelah gerakan Tia terhenti, aku
memberikan Sonya French Kiss. Sonya menyambut ciumanku dengan penuh antusias,
kemudian kami pun berbaring di sisi kanan dan kiri Tia sambil memeluk tubuh
kecil itu yang kini terkulai lemas untuk memberinya kehangatan. Aku tersenyum
lalu berkata, "Nah, sekarang giliran Sonya dan abang!" kataku
semangat.
Segera kubuka daster tipis Sonya lalu
kurebahkan kembali seraya memberinya ciuman penuh nafsu. Tanganku dengan cepat
kini mulai menggerayangi bukit kembarnya yang indah dan mulai menggetarkannya.
Dapat kurasakan Sonya berusaha untuk bersikap kuat dengan mampu bertahan,
tetapi aku bisa mengetahuinya bahwa dia berusaha mati-matian untuk menahan
rangsangan tanganku pada payudaranya melalui dengusan nafasnya yang mulai tidak
terkontrol serta hisapannya pada lidahku yang menjadi begitu kuat.
Tangan kananku segera kuarahkan ke paha dalam
bagian kanan, kubelai-belai lalu kugetarkan di bagian yang paling dekat dengan
daerah paling femininnya yang masih tertutup celana dalam tipisnya sehingga
getaran tanganku juga turut menggetarkan dengan daerah femininnya yang mulai
basah itu.
"Aaahh.. hh.. hh.." Sonya akhirnya
melepaskan hisapannya karena tidak kuat menahan nikmatnya rangsanganku di tiga
tempat sekaligus itu. Inilah kesempatan emasku untuk berpindah posisi dan
memberinya oral, segera kugigit karet celana dalamnya dan kutarik ke bawah.
Begitu terlihat belahan vertikalnya aku agak terkejut sekaligus bahagia, karena
ternyata daerah itu telah kembali bersih. Bulu-bulu halus yang kemarin-kemarin
masih kulihat itu kini telah hilang, bersih dan halus seperti milik Tia.
Ini merupakan sebuah hadiah kejutan kedua yang
istimewa bagiku. Kubuka lidahku lebar-lebar agar dapat mengusap bagian bibir
vertikalnya yang menggairahkan dan sangat feminin itu. Hisapan kumulai dari
paha kiri bagian dalam, merambat naik lalu ke paha dalam bagian kiri tanpa
menyentuh vaginanya. Setelah beberapa saat menikmati pahanya barulah ciuman dan
hisapan kuarahkan untuk memberikan rangsangan kontinyu pada bagian klitorisnya,
sementara kedua tanganku yang menyusup dari bawah kedua pahanya sudah berada pada
pada bukit kembarnya dan siap memberikan getaran yang dahsyat.
Tia yang masih berbaring di samping Sonya
hanya bisa memperhatikan aktivitas kami sambil memegang tangan dan membelai
rambut kakaknya yang tengah kubuat melayang di angkasa merasakan nikmat surga
duniawi.
"Aaahh.. aah.. shh.. ouuhh.. hh.. hh..
hh" Sonya mendesah tak karuan kala aku menghisap dan memilin-milin
klitorisnya.
Kedua pahanya menjepit kepalaku dengan erat,
menandakan dirinya amat sangat terangsang oleh apa yang kulakukan. Tanganku
mulai kembali menggetarkan bukit kembarnya yang indah itu, selaras dengan
hisapan, kecupan dan jilatan yang kulakukan pada klitorisnya.
"Ooouhh.. ooh.. sshh.. aahh.. hh.. hh..
abaanghh.. hh.. hh.. hh" Sonya kembali meracau.
Kecepatan getaran kedua tangan kupercepat
begitu pula dengan permainan hisapanku pada klitorisnya. Tubuh Sonya
tersentak-sentak hebat, Ia berusaha melepaskan kedua bukit kembarnya dari
tanganku dengan menekan badannya ke bawah, namun tidak berhasil. Ia menaik
turunkan pinggulnya dengan liar, "Aaah.. abaanghh.. Sonya pipiiss..
oouhh.." Segera kulepas tangan kananku dari payudaranya untuk memberikan
belaian pada klitorisnya, sementara mulutku kuarahkan ke lubang vaginanya..
"Abaangh.. shh.. ah.. ah.. ah"
akhirnya Sonya pun kutaklukkan.
Desahan Sonya yang begitu menggairahkan
terdengar mengiringi deras dan hangatnya cairan orgasmenya yang mengalir keluar
dari lubang vaginanya.
Diriku sendiri juga sudah tidak kuat lagi
menahan nafsu yang semakin bergejolak dan siap meledak ini, segera aku membuka
celana dalamku dan mulai mengocok batangku yang sudah berdiri dengan tegangnya.
Kuarahkan batangku ke wajah Sonya agar dia menghisapinya seperti biasa.
Keringat deras yang mengucur di badan dan wajahnya, serta tubuhnya yang kini
terlihat lemas sehabis dilanda getar orgasme hebat tadi menjadikan diriku tidak
tega untuk memintanya menghisapi batangku. Akhirnya kuputuskan untuk mengocok
sendiri dan mengeluarkannya di dada Sonya. Tidak lama kemudian aku mengalami
orgasme dan ejakulasi hebat, spermaku muncrat dengan keras membasahi dada
Sonya.
Aku pun terkulai lemas di tempat tidur di
samping tubuh Sonya. Kami bertiga saling berpelukan dan berciuman dengan
hangatnya di atas tempat tidur besar milik orang tuanya itu. Setelah puas
berciuman, kuajak mereka mandi, membersihkan diri bersama dengan air hangat.
Selesai mandi dan berganti pakaian dengan
piyama baru, kami pun kembali naik ke tempat tidur besar itu untuk beristirahat
dan saling berpelukan dengan penuh kehangatan.
"Sonya hebat, abang kaget sekali lho
tadi, kok bisa bersih dan sehalus itu, gimana caranya yaa?" tanyaku
menggodanya.
"Ah abang, itu khan rahasia wanita"
jawabnya sambil melihat ke arahku dan tersenyum manis.
"Pokoknya dari sekarang Sonya pasti akan
selalu mempraktekkan nasehat-nasehat abang!" lanjutnya.
Kukecup bibirnya yang sexy itu dengan lembut.
"Tia juga, malam ini hebaat sekali, abang
nggak nyangka lho" kataku lagi pada Tia.
"Tia khan sayang sama abang"
jawabnya simpel penuh pengertian, sambil memelukku dengan erat. Kucium
rambutnya yang harum lalu kupeluk kedua bidadariku itu dengan penuh kasih. Kami
pun lalu terlelap dalam mimpi yang damai dan indah di malam yang sangat luar
biasa itu.
"Tinit.. tinit.. tinit.." Pagi itu
sekitar pukul tiga dinihari aku terbangun mendengar suara weker yang sudah
sengaja kuaktifkan semalam. Bergegas kumatikan weker lalu kugendong bidadariku
satu per satu menuju ranjang mereka masing-masing, kuselimuti mereka, kemudian
aku kembali ke kamar ortunya untuk mengganti sprei, sarung bantal dan guling
dengan yang baru. Hal ini kulakukan untuk menghindari prasangka yang
tidak-tidak dari si Was jika pagi nanti ia mendapati kami bertiga tidur
seranjang di kamar bapak dan ibu Sis, terlebih hari ini mereka akan kembali ke
rumah. Setelah semuanya selesai, aku kembali ke kamarku untuk kembali
beristirahat.
Siang harinya, Sonya sibuk di dapur dibantu
oleh Tia dan si Was membuat kue untuk menyambut kedatangan kedua orangtuanya,
sedangkan aku ikut membantu dengan membelikan semua bahan-bahan yang mereka
butuhkan untuk membuat kue di supermarket. Sore harinya barulah kue
"selamat-datang" buatan Sonya dan Tia itu jadi dan siap saji, setelah
itu kami menonton film-film VCD kartun koleksi kesukaan Tia dan Sonya sambil
menunggu orangtuanya tiba di rumah.
Sekitar pukul 19.30, kedua ortunya tiba di
rumah dan kami menyambutnya langsung di halaman depan. Denga sigap kubuka pintu
taksi yang mengantarkan kedatangan bapak dan ibu Sis, mereka keluar dan
menyalamiku dengan wajah yang berseri-seri, lalu memeluk erat kedua putri
kecilnya untuk melepaskan rasa rindu yang selama ini menjadi beban selama
berada di Australia. Segera kuangkat seluruh barang bawaan bapak dan ibu Sis dari
taksi ke dalam rumah, dibantu oleh si Was. Suasana di dalam rumah dipenuhi
kebahagiaan, Sonya dan Tia kini memberikan hasil karya mereka berupa kue
"selamat-datang" kepada ayah dan ibunya. Mereka berbagi hadiah,
pelukan kasih, canda dan tawa serta cerita, tapi tentunya rahasia kami tetap
terjaga dengan baik.
Hubunganku dengan Pak Sis sekeluarga tetap
berjalan dengan baik, khususnya dengan Sonya dan Tia, namun semenjak saat itu
aktivitas ranjang kami bertiga jadi sangat tersendat dikarenakan oleh kesibukanku
mempersiapkan diri untuk ujian-ujian dan Ebtanas. Seperti yang sudah
kupersiapkan sebelumnya bahwa ketika aku tidak di tempat atau berhalangan, maka
mereka berdua bisa saling mereguk kenikmatan tanpa diketahui papa dan mamanya
dan juga tanpa harus minta bantuan dari laki-laki lain yang pasti akan
menghancurkan segalanya. Aku mengetahuinya karena mereka selalu mengajakku dan
jika aku memang tidak bisa karena terpaksa harus nginap di rumah teman untuk
belajar bareng misalnya, maka Sonya ataupun Tia akan memberikan laporan
aktivitas erotis mereka berdua dengan begitu membangkitkan gairahku dan
membuatku hanya bisa menelan ludah, merasa sangat iri dan menyesal karena tidak
bisa turut berpartisipasi, tapi apa mau dikata..
Hubunganku dengan Melati pun sudah semakin
erat dan ia juga sudah kukenalkan pada kedua bidadariku, bahkan ia bisa menjadi
akrab dengan mereka.
Semua hal terindah itu hanya bertahan sampai
aku lulus SMA saja, karena aku harus pindah ke ibukota untuk melanjutkan
pendidikan sedangkan Pak Sis dan keluarga harus pindah ke Autralia karena
bisnis yang ia tangani berkembang pesat dan sukses besar. Hubunganku dengan
Melati pun terpaksa putus dengan baik-baik karena kepindahanku, tapi sebagai
teman, ia masih rajin menghubungiku. Inilah kehidupan, realita yang sungguh
sangat disayangkan bahwa segala sesuatu yang berawal dengan indah harus
berakhir dengan kepedihan. Sekarang, semua manis pahitnya pengalamanku,
hanyalah menjadi sebuah, kenangan..
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar